Rembang – Warga mengeluhkan keberadaan manusia perak dan manusia emas yang sering meminta-minta di perempatan jalan, tanpa menggunakan masker. Sebutan manusia perak, karena pelaku melumuri seluruh tubuhnya dengan bahan mirip perak.
Gunawan, seorang warga di Jl. Kartini Rembang mengaku pernah mengingatkan kepada manusia perak, agar mematuhi protokol kesehatan, karena saat ini masih masa pandemi Covid-19. Namun karena tidak digubris, ia akhirnya melapor ke Satpol PP.
“Aturan protokol kesehatan kan berlaku untuk semua orang. Tapi manusia perak ini seakan-akan kok santai begitu. Rumah saya kebetulan dekat dengan perempatan, jadi sering tahu keberadaan mereka. Mohon ada tindakan, “ ujarnya, Minggu (06 Juni 2021).
Sementara itu, Kepala Bidang Ketertiban Umum Ketentraman Masyarakat Dan Penegakan Perda Satpol PP Kabupaten Rembang, Teguh Maryadi mengakui pihaknya beberapa kali menerima aduan terkait manusia perak dan manusia emas. Pihaknya langsung turun tangan menertibkan.
Ia mencontohkan ketika menjumpai di Perempatan Galonan Rembang, pelaku adalah pria dan wanita, beralasan sebagai korban PHK, sehingga nekat meminta-minta di lampu pengatur lalu lintas (traffic light).
Tahap pertama, Satpol PP memberikan peringatan untuk menghentikan kegiatan tersebut. Jika lain waktu mengulangi lagi, baru akan diamankan ke kantor Satpol PP.
“Yang satu mengaku dari Desa Karas Kecamatan Sedan, Rembang dan yang 1 dari Kabupaten Blora. Bilangnya, karena pandemi menjadi korban PHK. Kita peringatkan, jika lain hari mengulangi, baru akan kita amankan ke kantor untuk pembinaan lebih lanjut, “ ungkap Teguh.
Teguh Maryadi menambahkan manusia perak dan emas sering meminta-minta antara pukul 14.00 Wib sampai sore hari. Ia membenarkan mereka tidak menggunakan masker, sehingga melanggar protokol kesehatan.
Hasil pantauan, biasanya setelah ditertibkan tidak muncul lagi. Namun selang beberapa hari, kembali beraksi.
Saat di Perempatan Eks Stasiun Rembang, dua orang manusia perak mengaku dari Demak dan Boyolali. Pihaknya memastikan siap mengoptimalkan patroli, untuk menertibkan manusia perak.
“Saat itu kotak yang dipakai untuk meminta-minta kita amankan, orangnya kita kasih masker. Kalau nanti kepergok seperti itu lagi, ya kami bina. Dibawa ke kantor, biar tubuhnya dibersihkan dan bisa saja digunduli rambutnya, sebagai upaya membuat efek jera, “ imbuhnya.
Tidak hanya di Kota Rembang, fenomena manusia perak semacam ini juga sudah menjamur di berbagai daerah.
“Saya do’akan semoga mereka bisa usaha mencari pekerjaan lain, soalnya kalau melihat postur tubuh mereka, sehat-sehat kok, “ kata Munari, seorang pengguna jalan saat diminta tanggapannya. (Musyafa Musa).