Lasem – Keluarga Serda Dwi Nugroho Yogianto, korban kapal selam Nanggala 402 di Desa Sumbergirang, Kecamatan Lasem baru mengadakan tahlil, setelah ada kepastian informasi bahwa seluruh awak kapal meninggal dunia.
Ayah Serda Dwi Nugroho Yogianto, Sudiyanto menjelaskan saat kapal dinyatakan putus kontak hingga tenggelam, pihaknya belum mengadakan tahlil, karena masih berharap ada keajaiban. Namun pasca diumumkan seluruh awak kapal gugur, baru menggelar tahlil untuk mendo’akan puteranya, Serda Dwi Nugroho.
Apalagi pada bulan suci Ramadhan ini, menurutnya perlu memilih waktu yang tepat, karena jika tahlil dilaksanakan sehabis Maghrib, sudah mendekati waktu sholat tarawih.
“Ya kemarin sudah ngobrol-ngobrol dengan keluarga bagaimana. Intinya setelah ada pengumuman resmi dari pimpinan TNI, baru mengambil langkah, “ ujarnya.
Sementara itu, Ali Arifin, pensiunan TNI Angkatan Laut, warga Desa Jolotundo, Kecamatan Lasem mengakui dirinya yang kala itu mendorong Dwi Nugroho Yogianto untuk mendaftarkan diri sebagai anggota TNI AL.
Alasannya, supaya ada penerus di lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Ia ingat betul ketika ingin masuk TNI, Dwi Nugroho sangat semangat.
“Anaknya semangat sekali, tapi saya ingatkan beda anatara laut dengan darat. Kalau Angkatan Laut itu ya pas di laut, kondisinya beda, “ tutur Ali.
Setelah berdinas, Ali mengungkapkan tidak pernah bertemu lagi dengan Dwi Nugroho, karena kesibukan masing-masing.
Begitu juga ketika dirinya memasuki pensiun tahun 2016 lalu hingga sekarang, belum sempat bertemu Dwi, sampai akhirnya mendengar kabar duka kapal selam Nanggala 402 mengalami kecelakaan di perairan utara Pulau Bali.
“Belum pernah ketemu lagi, tahu-tahu sudah ada kejadian ini, “ imbuhnya.
Ali menambahkan keluarga korban menyadari betul, resiko TNI Angkatan Laut ketika bertugas. Menurutnya dalam kondisi seperti sekarang, tinggal mendo’akan saja. (Musyafa Musa).