Sulang – Seorang petani di Kabupaten Rembang mampu menyulap lahan tandus bekas tambang tanah uruk, menjadi lahan padi yang tumbuh subur. Bahkan hasil panenan nya pun, membuat kagum berbagai kalangan.
Nah..inilah lahan seluas 1 Hektar milik Paminto Dwi Atmojo yang terletak di depan GOR Mbesi Rembang, turut tanah Desa Pedak, Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang.
Paminto bercerita beberapa tahun silam lahan berupa gundukan tanah yang cukup tinggi, kemudian dikeruk untuk tanah uruk. Ia menyadari kondisinya sangat tandus.
“Tanahnya padas, campur tanah liat gitu, “ ujarnya.
Karena akan ditanami padi, Paminto menyiapkan dua langkah untuk mengembalikan kesuburan tanah. Pertama, air harus siap dulu. Bekas galian tanah uruk dialihfungsikan sebagai embung atau tempat penampungan air hujan.
“Ada kelebihannya, karena tanah liat mampu lebih lama menyimpan air, “ kata Paminto.
Selain air harus cukup, dirinya mengoptimalkan penggunaan pupuk kandang dan pupuk organik cair berupa air kencing (urine) ternak kambing, yang mudah diperoleh dari pusat perternakan kambing miliknya, tak jauh dari areal persawahan.
“Pupuk kandang jauh lebih dominan. Saya hanya beli Urea 1,5 Kwintal, “ tuturnya.
Setelah menanam padi jenis Sertani 14 bulan Januari lalu, kini pada hari Jum’at (09 April 2021), tanaman padinya dipanen. Wow, tinggi padi sampai 1,5 Meter di atas rata-rata padi pada umumnya. Buliran gabahnya juga keren. Selain itu, meski dihantam cuaca buruk dan angin kencang, tidak ada tanaman padi yang roboh.
“Keunggulan kalau kita lebih banyak pakai pupuk kandang adalah tanaman padi kuat, nggak mudah roboh, “ beber Paminto.
Petugas penyuluh pertanian dari Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Sulang, Widi Astini mengatakan setelah dihitung, dalam 1 Hektar lahan milik Paminto mampu menghasilkan 10 ton gabah. Menurutnya luar biasa, karena berawal dari lahan tandus bekas tambang.
“Lahan ini merupakan lahan marjinal ya, jadi sangat bagus sekali. Pak Minto yang punya kandang ternak mampu mengolah, untuk perbaikan tanah di sini, “ ujar Widi.
Komandan Rayon Militer (Danramil) Sulang, Kapten Wardiyana yang turut datang saat panen sempat dibuat geleng-geleng kepala, karena tak mengira lahan di sekitar kebun jati dan tebu tersebut, justru menghasilkan panenan yang luar biasa.
Bagi Kapten Wardiyana, hal ini menunjukkan pupuk organik tidak kalah hebat. Ia mengajak supaya petani pelan-pelan meninggalkan pupuk kimia dan beralih ke pupuk organik.
“Soalnya subsidi pupuk kimia semakin dikurangi pemerintah. Saatnya mulai melakukan pupuk berimbang, syukur seperti pak Minto lebih mengandalkan pupuk organik, “ terangnya.
Pihak TNI memberikan perhatian terhadap cara bertani Paminto Dwi Atmojo, karena akan menumbuhkan inspirasi bagi petani lain. Jika semakin banyak petani meniru, maka diharapkan mempercepat kedaulatan pangan yang ditargetkan pemerintah. (Musyafa Musa).