Rembang – Kalau di Pulau Sumatera atau Kalimantan, perahu dijadikan warung apung untuk transaksi jual beli, mungkin sudah biasa. Tapi di Kabupaten Rembang, ternyata juga ada dan menjadi sisi keunikan tersendiri.
Nah..lokasinya di ujung utara obyek wisata Hutan Mangrove Jembatan Merah Dusun Kaliuntu, Desa Pasar Banggi, Rembang. Terselip cerita menarik, dibalik munculnya ide warung perahu ini.
Berawal dari kisah menyedihkan yang dialami Eriyana, wanita berusia 38 tahun yang tidak mempunyai lahan di sekitar obyek wisata hutan mangrove, mencoba berjualan dengan menumpang di pinggir tambak. Tapi belakangan tergusur, padahal dirinya harus bekerja untuk menghidupi keluarga.
Karena terdesak oleh situasi, Eriyana tercetus ide membeli perahu bekas, untuk difungsikan sebagai warung apung. Perahu kemudian ditambatkan di ujung utara jembatan yang membelah hutan mangrove. Jadilah 3 tahun terakhir sudah, Eriyana berjualan dari atas perahu.
“Semula saya digusur dari tambak mas, akhirnya beli perahu bekas, saya tambatkan di laut. Kalau laut kan milik orang banyak, nggak khawatir diusir lagi, “ ungkapnya.
Berjualan dari atas perahu, bukanlah tanpa kendala. Ketika angin pesisir pantai bertiup kencang dan ombak besar, pernah barang dagangannya kocar kacir. Bahkan sempat ada yang tercebur ke laut. Saat cuaca buruk, Eriyana pasti waspada dan buru-buru menutup warungnya. Tercatat sudah 2 kali perahunya pecah, akibat berbenturan dengan perahu lain.
“Kalau kopi sachet kecebur ke laut, masih bisa saya selamatkan mas. Tapi seperti pop mie gitu kan air laut meresap ke dalam, ya mbuang akhirnya, “ beber Eriyana.
Kendala lain, ia sering merasa pusing kepala jika kelamaan di atas perahu. Eriyana pun memilih berada di gasebo, samping tambatan perahu, sedangkan di atas perahu ditunggu oleh suaminya.
“Bapaknya kan nelayan asli, jadi sudah terbiasa. Saya turun perahu saja, pusing soalnya. Jadi kalau ada yang bayar, ngasih kembalian, saya layani dari gasebo sini, “ imbuhnya.
Pada hari libur, Eriyana mengaku bisa meraup penghasilan kotor rata-rata Rp 1 Juta, karena pengunjung hutan mangrove tergolong ramai.
Selain menjual aneka makanan dan minuman, di atas warung perahu ini, terdapat menu spesial asam manis kepiting bakau. Per porsi harganya Rp 15 ribu.
Sementara itu, Nikmatul Hasanah, seorang pengunjung hutan bakau dari Desa Kabongan Kidul, Rembang mengaku baru pertama kali melihat ada warung di atas perahu.
“Beda dengan yang lain, ya baru lihat pertama ini di hutan mangrove jembatan merah Pasar Banggi, “ tuturnya.
Kawasan hutan mangrove Desa Pasar Banggi Rembang luasnya lebih dari 20 Hektar. Kini kondisinya sudah jauh berbeda, karena banyak spot foto menarik dan tentunya menawarkan sensasi panorama alam pantai yang memikat.
Kalau anda melintas di jalur Pantura Semarang – Surabaya, begitu sampai Rembang, jangan lupa untuk mampir ke hutan mangrove Pasar Banggi ya. Soalnya, dari akses jalur Pantura cukup dekat, hanya 300 an Meter. (Musyafa Musa).