Sulit Dapatkan Pupuk Subsidi, Banyak Petani Akhirnya Menempuh Cara Ini
Petani di Desa Meteseh Kecamatan Kaliori, memupuk tanaman padi.
Petani di Desa Meteseh Kecamatan Kaliori, memupuk tanaman padi.

Rembang – Sulitnya mendapatkan pupuk Urea subsidi, mengakibatkan banyak petani di Kabupaten Rembang terpaksa membeli pupuk Urea non subsidi. Padahal harganya jauh lebih mahal.

Muhammad Maji’in, seorang petani di Desa Meteseh Kecamatan Kaliori, Kamis siang (07 Januari 2021) mengaku ia termasuk yang berburu pupuk Urea non subsidi sampai keluar daerah. Harga Urea non subsidi hampir Rp 300 ribu setiap sak isi 50 Kg.

Jika dibandingkan dengan pupuk Urea subsidi, harganya kisaran Rp 85.000 – 90.000 per sak. Meski terpaut sangat jauh, dirinya terpaksa membeli, karena sudah waktu memupuk tanaman padi.

“Lhah saya nggak dapat kuota subsidi, terpaksa beli non subsidi mas, yang penting bisa mupuk, “ ujarnya.

Maji’in menambahkan setiap 1 hektar, rata-rata butuh pupuk Urea sebanyak 3 Kwintal. Total pengeluaran untuk Urea saja, menembus Rp 1,8 Juta per hektar.

“1 Hektar biasanya habis Urea 6 sak, harganya sudah mahal. Berharap hasil panenan bagus, biar masih sebanding dengan pengeluaran, “ imbuh Maji’in.

Sementara itu, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertanian Dan Pangan Kabupaten Rembang, Agus Iwan Haswanto menjelaskan jatah pupuk subsidi, terus dikurangi oleh pemerintah pusat. Tahun 2020, Kabupaten Rembang mendapatkan alokasi pupuk Urea 23 ribu ton, tetapi tahun 2021 ini turun menjadi 20 ribu ton.

“Ini kebijakan pemerintah pusat mengurangi dosis pupuk per satuan hektar, “ papar Agus.

Kebetulan curah hujan di Kabupaten Rembang bagus, sehingga mayoritas lahan pertanian ditanami padi dan membutuhkan pupuk dalam waktu hampir bersamaan. Ia membenarkan banyak petani kemudian memilih pupuk Urea non subsidi, guna mengejar waktu pemupukan.

“Pupuk subsidi menipis, sedangkan waktunya sudah mupuk, jadi petani spekulasi pakai non subsidi, “ tuturnya.

Karena pupuk an organik semakin dikurangi pemerintah, Agus menyarankan petani pelan-pelan mengalihkan pemakaian dari pupuk an organik, ke pupuk organik. Memang dari sisi hasil dan bentuk, tidak sebagus memakai pupuk an organik. Tapi dengan pupuk organik, jenis padat, granul maupun pupuk cair, akan membuat kualitas tanah terjaga dengan baik.

“Hasil sedikit menurun, tapi kualitas tanah dan keberlanjutan pertanian kedepan akan terjaga. Maka kami mendorong pupuk an organik, Urea dan sejenisnya dikurangi, sekarang mulai bergeser ke organik, “ terang Agus.

Soal pupuk subsidi, Agus Iwan menambahkan pihaknya berupaya maksimal untuk mengamankan distribusi, agar tepat sasaran. Mengingat musim tanam pertama ini, hasilnya sangat diharapkan petani. (Musyafa Musa).

News Reporter

Tinggalkan Balasan