Rembang – Pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang menyampaikan belakangan ini, rata-rata tingkat kematian penderita Covid-19, antara 4 – 5 orang per hari.
Sarwoko Mugiyono, Kepala Seksi Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang menyampaikan data tersebut, saat talk show di Radio R2B, Kamis (17 Desember 2020). Menurutnya, total angka kematian akibat Covid-19 sudah mencapai 137 orang.
“Jika dibandingkan pekan lalu dengan pekan ini, trendnya meningkat terus. Sekarang rata-rata kematian, sehari 4 – 5 orang. Status Kabupaten Rembang zona merah, “ paparnya.
Data per Kamis pagi, 331 orang di Kabupaten Rembang terpapar Covid-19. Rinciannya, 159 menunjukkan gejala sakit dan 172 lainnya tidak menunjukkan gejala. Kecamatan Rembang Kota dikategorikan sebagai daerah yang paling rawan saat ini.
“Sedangkan yang kontak erat dengan penderita Covid-19 sebanyak 435 orang. Kecamatan Sale semula sempat landai, tapi kini cukup banyak. Kluster sekolah salah satunya. Jadi kalau selama ini suatu daerah landai, bukan berarti aman, “ kata Sarwoko.
Sarwoko menambahkan sejak terjadi peningkatan Covid-19 antara bulan November – Desember, Kementerian Kesehatan sudah menginstruksikan penambahan tempat tidur pasien Covid-19. Hal itu setelah mengevaluasi rumah sakit rujukan pasien Covid-19 sudah mulai kelimpungan, karena pasien membludak.
Bagi rumah sakit milik pemerintah, dari total kapasitas tempat tidur, 50 % diantaranya wajib untuk penanganan pasien Covid-19. Begitu pula rumah sakit swasta mesti dipaksa menyiapkan tempat tidur.
“Pak kepala Dinas Kesehatan sudah menggelar rapat koordinasi. Di Rembang, Rumah Sakit Islam (RSI) Arafah sempat belum ada, karena pertimbangan sumber daya manusia (SDM) dan sarana. Sekarang mau nggak mau ya harus, semoga sekarang sudah punya. Mengingat situasinya seperti ini, demi kepentingan bersama, “ imbuhnya.
Disinggung kepatuhan protokol kesehatan, Sarwoko menilai sudah mulai terjadi penurunan. Ia mengimbau masyarakat hingga pelosok pedesaan, tetap disiplin menggunakan masker ketika keluar rumah. Begitu pula pelaku usaha, maupun perkantoran memastikan kesiapan sarana cuci tangan.
“Waktu awal-awal ramai Covid, sarana cuci tangan ada lengkap di depan toko. Tapi kami pantau, sekarang mulai berkurang. Misal, ada tempat cuci tangan, hanya untuk pajangan. Nggak ada airnya dan sudah tidak dipakai lagi. Dengan menerapkan protokol kesehatan, diharapkan bisa menekan penyebaran Covid-19, “ pungkas Sarwoko. (Musyafa Musa).