Rembang – Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Wali Songo Semarang mendampingi anak-anak muda Desa Punjulharjo, Kecamatan Rembang Kota, untuk menampilkan pentas thong-thong lek di pinggir Pantai Karangjahe Desa Punjulharjo.
Yonandha Diandara Fadhilah, salah satu mahasiswi UIN Wali Songo Semarang mengatakan pendampingan tersebut dilakukan ketika pihaknya menggelar Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 45 hari di desa tersebut, sejak tanggal 06 Oktober lalu dan akan berakhir tanggal 19 November 2020.
Menurut mahasiswi asli warga Desa Ngemplak, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang ini, seni thong-thong lek semula berfungsi untuk membangunkan warga ketika sahur di bulan suci Ramadhan.
Namun pihaknya mendorong supaya seni thong-thong lek dapat dipentaskan secara rutin di pinggir Pantai Karangjahe, kemudian dikolaborasikan dengan band, sehingga antara seni tradisional dan seni modern bisa menyatu.
“Biar anak-anak muda Desa Punjulharjo mempunyai kegiatan positif sekaligus menghasilkan karya. Apalagi di desa tersebut ada ikon wisata yang sangat terkenal, supaya antara dunia wisata dengan kesenian saling menunjang, “ tuturnya, Senin (16 November 2020).
Pentas thong-thong lek disertai band ini diadakan tiap hari Sabtu dan Minggu. Ternyata respon pengunjung cukup bagus.
“Mereka banyak yang memvideokan atau memfoto kegiatan tersebut, untuk kebutuhan insta story maupun status di WhatsApp. Temen-temen pemuda di Desa Punjulharjo juga semangat kok, “ imbuh Yonanda.
Saat bertanya dengan sejumlah wisatawan, menurut Yonanda mereka ingin seni thong-thong lek kedepan semakin dikembangkan. Langkah tersebut untuk tetap menghidupkan seni budaya tradisional, agar tetap lestari ditengah gempuran budaya-budaya baru.
“Yang lihat dari daerah lain juga ikut terinsipirasi. Ini kan kesenian asli ya, terutama di Kabupaten Rembang, jangan sampai tergerus, “ tandasnya.
Lantaran saat ini masih dalam situasi pandemi Covid-19, KKN Universitas Islam Negeri (UIN) Wali Songo Semarang dikemas melalui sistem daring/online. Mahasiswa dibuat berkelompok, masing-masing berjumlah 15 orang dari satu daerah yang sama, kemudian mengabdi di daerah asalnya. Mereka dibimbing oleh dosen pengawas lapangan secara daring.
Meski daring, namun mahasiswa harus tetap turun langsung, asalkan mendapatkan izin dari pemerintah desa setempat. Salah satu kegiatan pengabdian kepada masyarakat, ditekankan pula edukasi seputar Covid-19.
“Yang online melalui media sosial, yang offline kita turun ke desa untuk beri pendampingan dan edukasi, tentunya tetap mematuhi protokol kesehatan, “ pungkas Yonanda. (Musyafa Musa).