Rembang – Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Kabupaten Rembang menganggap aksi demo turun ke jalan kurang efektif, untuk menyuarakan protes terhadap Undang-Undang Cipta Kerja yang belakangan memicu pro dan kontra.
Afif Hartiyadi, Sekretaris SPSI Rembang seusai menghadiri kegiatan deklarasi menolak demo anarkis di Kabupaten Rembang, Senin (19 Oktober 2020) mengatakan kalau konteksnya merevisi aturan pemerintah, turun ke jalan bukanlah solusi tepat.
“Kalau turun ke jalan, bicara efektivitas ya hanya 20 %, “ ujarnya.
Menurutnya lebih baik menggunakan jalur Mahkamah Konstitusi, untuk mengajukan uji materi (judicial review) UU Cipta Kerja.
“Tolak Undang-Undang kan nggak ada, ya mesti mengajukan revisi ke MK, “ imbuh Afif.
Terlepas dari hal itu, menurutnya masih banyak kalangan pekerja yang belum memahami isi Undang-Undang Cipta Kerja, karena mereka tidak membaca secara lengkap.
“Dimentahkan karena tidak paham, maka lebih baik dipahami dulu isinya. Setelah dibaca, titik-titik poin yang disepakati mana, yang belum disepakati mana, “ ungkap mantan Komisioner KPU Rembang ini.
Sementara itu, Pejabat Sementara (PJS) Bupati Rembang, Imam Maskur menjelaskan di kota-kota besar aksi demo menentang Undang-Undang Cipta Kerja cukup marak, bahkan berujung anarkhis.
Ia bersyukur di Kabupaten Rembang cukup aman dan tidak ada aksi demo sama sekali. Kalau muncul keluhan dari buruh, pihaknya membuka diri untuk dialog.
“Saya buka dialog dengan temen-temen buruh, pengusaha maupun mahasiswa. Kita sharing, hasilnya kita usulkan kepada Gubernur, biar pak Gubernur meneruskan ke pemerintah pusat, “ papar Imam.
Pantauan di berbagai ruas jalan wilayah Kabupaten Rembang, bukannya ramai menolak UU Cipta Kerja, sebagaimana disuarakan banyak pihak di berbagai daerah, justru malah sebaliknya. Di pinggir-pinggir jalan, terutama dekat lampu pengatur lalu lintas, tampak spanduk putih bertuliskan kalimat menentang demo anarkis.
Tidak hanya di dalam Kota Rembang, tetapi spanduk serupa banyak ditemukan hingga pelosok pedesaan.
“Nggak tahu siapa yang masang mas. Tapi kalau lihat bentuk tulisannya antara titik satu dengan titik lain, perkiraan kelompok yang sama. Mungkin mereka punya misi biar Rembang adem ayem, nggak ada demo anarkhis gitu, ya baik sich. Tapi kalau cuma demo, saya kira wajar, asal nggak ngerusak, “ kata Agung Ramadhan, seorang warga yang biasa nongkrong di Jl. Kartini Rembang. (Musyafa Musa).