

Rembang – Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Mantingan, Rembang mengembangkan tanaman gamal (Gliricidia Sepium), karena manfaat tanaman ini bisa berfungsi sebagai pengganti batubara.
Kepala Sub Seksi Pembinaan Sumber Daya Hutan Dan Perhutanan Sosial KPH Mantingan, Arif Yudiarko, Selasa siang (13 Oktober 2020) menjelaskan pihaknya mulai menanam Gamal sejak tahun 2019 kemarin, seluas 2.000 hektar, kemudian dilanjutkan tahun ini sekira 400 an hektar.
“Tersebar di 4 BKPH (Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan-Red), kalau paling banyak ya di BKPH Kalinanas, perbatasan Kabupaten Rembang dengan Kabupaten Blora, “ ungkapnya.
Tanaman ini menurutnya mudah tumbuh, bahkan tidak perlu dirawat sekalipun. Layak tebang/panen, apabila sudah memasuki usia antara 3 – 5 tahun. Bagi rimbawan kuno, dengan adanya tanaman Gamal, diyakini juga mampu meningkatkan kesuburan lahan.
“Kadang biji yang tua jatuh, itu ya mudah tumbuh. Di sisi lain manfaatnya dapat meningkatkan unsur hara atau kesuburan tanah, “ beber Arif.
Arif menimpali manfaat paling besar dari tanaman Gamal adalah bisa menjadi pengganti batubara yang ramah lingkungan. Batang tanaman dipotong, kemudian diolah menjadi serbuk. Setelah itu, dikemas dalam bentuk briket.
“Pernah saat uji coba di KPH Semarang, kadar rendemen kurang dari 0,7. Minimal kadarnya 0,9 sudah layak untuk bahan bakar, “ imbuhnya.
Lalu apa kendalanya saat ini ? Menurut Arif, pabrik pengolahan Gamal menjadi briket, baru ada di daerah Wonosobo. Seandainya jumlah pabrik semakin banyak, tentu akan memudahkan. Apalagi briket tanaman Gamal sudah sangat diminati oleh pabrik-pabrik besar di Korea, sehingga pangsa pasarnya terbuka.
“Perhutani di sini belum bisa mengolah sendiri, karena ketiadaan pabrik. Padahal tanaman cukup luas. Kelak kalau sudah waktunya panen, apakah ditebas pihak lain atau ditangani sendiri, belum tahu nanti, tergantung direksi, “ ujar Arif.
Untuk pengawasan dan perawatan tanaman Gamal, KPH Mantingan memberdayakan kerja sama dengan pengurus Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) setempat.
“Saat ini tingginya rata-rata sudah 3 meteran, “ pungkasnya. (Musyafa Musa).