Sumber – Puluhan tahun terbaring di atas tempat tidur karena lumpuh, sama sekali tak pernah dibayangkan oleh Kasnadi, warga Desa Kedungasem, Kecamatan Sumber, Kabupaten Rembang.
Hari-harinya ia lewati dengan terbaring, sambil menerawang ke atap genteng rumahnya yang kusam. Sesekali tatapan matanya kosong. Sejak kecil, Kasnadi seperti anak-anak pada umumnya. Masih bisa bermain dan berlarian kesana kemari.
Tapi setelah disunat, entah kenapa daya tahan tubuhnya semakin melemah, hingga akhirnya lumpuh. Kala itu menginjak usia 17 tahun. Padahal tahun ini Kasnadi memasuki usia 60, sehingga total sudah 43 tahun, Kasnadi menghabiskan waktunya terbaring di atas tempat tidur.
Setelah kedua orang tuanya meninggal dunia, semua ia jalani sendiri. Kebetulan Kasnadi belum sempat menikah, sedangkan adiknya tinggal di desa lain.
“Dulu ya sehat mas, tapi lama kelamaan lemah, nggak ada tenaga. Nggak ada kegiatan apa-apa, paling hanya menggerak-gerakkan badan sedikit. Hanya berdo’a saja, “ kata Kasnadi lirih, Kamis (13 Agustus 2020).
Untuk keperluan makan sehari-hari, pria yang akrab disapa Mbah Di ini kerap mendapatkan kiriman dari kerabatnya yang kebetulan masih tinggal sekampung. Makan maupun sholat, semua sambil berbaring.
Dirinya tak pernah menangis apalagi menyesal, meski menghadapi cobaan seperti sekarang. Ia memilih bersyukur, sekaligus pasrah kepada Allah SWT, karena perjalanan hidup seseorang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Kasnadi hanya mempunyai 1 keinginan, kelak apabila tiba waktu menghadap sang pencipta, dosa-dosa dan kesalahannya diampuni, sehingga bisa tenang dalam tidur panjangnya.
“Semua ini adalah pemberian Allah, jadi harus tetap saya syukuri. Nggak pernah ada niat sedikit pun ingin mati, apalagi bunuh diri, karena kondisi saya seperti ini. Saya hanya berharap semoga dosa-dosa saya diampuni, ketika dipanggil yang kuasa, “ imbuh Mbah Di.
43 tahun didera lumpuh, merupakan waktu yang sangat lama. Rasa bosan di atas tempat tidur, tentu saja menggelayuti. Untuk sedikit mengusir rasa jenuh, biasanya Kasnadi mendengarkan radio.
“Saya biasanya mendengarkan radio, terutama radio R2B. Itu ada TV bantuan dari orang Semarang, tapi jarang saya lihat, “ ungkapnya.
Kasnadi saat ini tinggal di sebuah rumah kecil di tengah perkampungan Desa Kedungasem, Kecamatan Sumber. Itu pun berstatus menumpang tanah milik orang lain. Ia menyampaikan terima kasih, kepada siapa pun yang pernah membantu, meringankan beban hidupnya. Kasnadi berujar singkat tak sanggup membalas kebaikan tersebut dan hanya mendo’akan semoga Allah SWT memberikan balasan yang terbaik. (Musyafa Musa).