Masuk Hutan, Coklit Pemilih Pilkada Di Lokasi Ini Penuh Tantangan
Perjalanan rombongan Coklit pemilih Pilkada Rembang, menuju kediaman bu Kartini, di tengah hutan perbatasan Jateng-Jatim, belum lama ini. (Foto atas) Suasana Coklit di rumah bu Kartini.
Perjalanan rombongan Coklit pemilih Pilkada Rembang, menuju kediaman bu Kartini, di tengah hutan perbatasan Jateng-Jatim, belum lama ini. (Foto atas) Suasana Coklit di rumah bu Kartini (Dok. PPK Sale).

Sale – Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Rembang, akan berlangsung tanggal 09 Desember mendatang. Pemutakhiran data pemilih merupakan salah satu tahapan yang penting, dibalik Pilkada serentak tahun ini. Rumah-rumah warga harus didatangi petugas pemutakhiran data pemilih (PPDP), guna melakukan pencocokan dan penelitian (Coklit).

Nah.. apakah rumah warga di tengah hutan perbatasan Kecamatan Sale Kabupaten Rembang dengan Kecamatan Jatirogo Kabupaten Tuban, Jawa Timur yang ditempati bu Kartini (55 tahun), juga menjadi sasaran Coklit PPDP ?

Meski jauh dari akses jalan raya dan berada di tengah hutan, ternyata PPDP juga datang langsung ke rumah bu Kartini. Bahkan rombongan sempat tersesat, sampai ke pinggiran jurang.

Ketua Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Sale, Ari Iswanto, Selasa (11 Agustus 2020) menjelaskan pihaknya mendampingi PPDP dan Panitia Pemungutan Suara (PPS) Desa Sale. Dari sekian banyak personil, ada yang sudah pernah datang ke kediaman bu Kartini.

Pathokannya, setelah hutan lebat ada kebun ketela, kemudian belok kanan. Ternyata kebun ketela saat ini sudah berubah menjadi kebun jagung, sehingga rombongan yang mestinya belok, justru jalan lurus cukup jauh mendekati bibir jurang. Begitu sadar tersesat, kemudian kembali lagi dan akhirnya bisa menemukan rumah bu Kartini.

“Kita berangkat sehabis Ashar, kira-kira jam setengah 4 sore. PPS, PPK semua ikut ditambah 1 PPDP. Karena belum tahu pasti, yang penting jalan saja. Kita kesasar, karena ancer-ancernya yang jadi pathokan, sudah berubah. Jalannya luar biasa, karena lokasi yang kesasar, nggak pernah dilewati. Waktu kesasar sudah jam setengah 5 sore, takutnya kemalamen. Beruntung bisa ketemu, “ kata Ari.

Ketua PPK Sale, Ari Suwanto.
Ketua PPK Sale, Ari Iswanto.

Petugas Pemutakhiran Data Pemilih (PPDP) di Desa Sale, Elana Satya Graha menjelaskan dirinya mempunyai tanggungan Coklit 448 orang, termasuk Bu Kartini yang tercatat sebagai warga Dusun Anjangsana Desa Sale, namun tinggal di tengah hutan, sambil menggarap lahan kebun miliknya. Jalan tanah berbatu ia lalui. Jika dibandingkan dengan pemilih lain, medan menuju rumah bu Kartini sejauh 5 kilo meter paling berat.

“Jalurnya yang berat masuk hutan. Kalau pemilih di dalam kampung kan rumahnya dekat-dekat, paling 1 RW. Saya butuh waktu 4 Minggu untuk menyelesaikan Coklit 448 orang pemilih, “ ujarnya.

Sementara itu, Ketua Panitia Pemungutan Suara (PPS) Sale, Muji Rahayu membenarkan butuh perjuangan esktra, untuk sampai ke rumah bu Kartini. Tapi menurutnya memberikan hikmah yang luar biasa. Hikmah menuntaskan Coklit, sekaligus belajar dari kegigihan bu Kartini di tengah hutan sendiri.

“Awalnya PD bisa nyampai, lhah kok ndilalah nyasar. Masyaallah jalannya, nggak bisa dibayangke, sulit terlupakan. Tapi kalau nggak ada Coklit, kita mungkin nggak tahu sana mas, “ beber Muji.

Muji Rahayu berharap kelak ketika tanggal 09 Desember, bu Kartini bisa menyalurkan hak suara. Jika perlu diantar jemput, karena baginya 1 suara sangat berharga, menentukan nasib Kabupaten Rembang kedepan.

“Ini untuk memilih bapake sendiri, kalau nggak milih kok sayang banget. Meski jauh, namun harapan saya, beliau mau datang ke TPS, “ imbuhnya.

Lalu bagaimana tanggapan bu Kartini ? Saya sempat wawancara dengan ibu 3 anak ini melalui telefon selular. Ia merasa kurang begitu peduli terhadap pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Rembang. Alasannya, dari masa ke masa pimpinan kabupaten, tidak merasakan ikatan langsung. Justru semenjak kisahnya viral, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo lah yang menghubunginya lewat telefon, untuk memberikan semangat.

Menurutnya, bukan berharap bantuan dari pemerintah. Tapi rasa empati dan simpati dari seorang pimpinan sudah membuat rakyat biasa seperti dirinya sangat senang, karena ada kepedulian.

“Saya nggak mungkin asal milih, jadi perlu tahu siapa calonnnya dan bagaimana karakternya. Pejabat pertama yang mengontak saya adalah Gubernur pak Ganjar. Bilangnya semangat ya bu, tetap bertahan. Seperti ini sudah jadi penilaian bagi ibu yang awam pengetahuan. Lha kalau untuk pemilihan Bupati, belum terpikir. Bagi saya, seorang pejabat, ya harus tahu seperti apa kondisi rakyatnya, “ ungkapnya.

Di Kabupaten Rembang, terdapat 510 ribuan orang yang harus dicoklit. Pada hari Kamis, 13 Agustus 2020, tahapan ini dijadwalkan selesai. Pencocokan dan penelitian (Coklit) menjadi saringan utama, agar pemilih yang nyoblos, memang berhak untuk menggunakan hak suara. (Musyafa Musa).

News Reporter

Tinggalkan Balasan