Kondisi Terkini Kebakaran Toko Mebel Tunggal Jaya, Barang Ini Yang Apinya Dianggap Paling Membandel
Seorang petugas pemadam kebakaran dari Blora yang ikut membantu pemadaman di Rembang, tertidur di atas kendaraan, karena kelelahan, Kamis pagi. (Foto atas) Anak dari pemilik Toko Mebel Tunggal Jaya, Kustanto memandangi tokonya yang terbakar.
Seorang petugas pemadam kebakaran dari Blora yang ikut membantu pemadaman di Rembang, tertidur di atas kendaraan, karena kelelahan, Kamis pagi. (Foto atas) Anak dari pemilik Toko Mebel Tunggal Jaya, Kustanto memandangi tokonya yang terbakar.

Rembang – Kebakaran Toko Mebel Tunggal Jaya, sebuah toko mebel terbesar di Kabupaten Rembang masih terjadi Kamis pagi ini (06 Agustus 2020). Petugas pemadam kebakaran dari berbagai daerah ikut datang membantu, untuk menjinakkan si jago merah.

Jalan Kartini Rembang, sampai Kamis pagi masih ditutup oleh aparat kepolisian, untuk memperlancar keluar masuk mobil pemadam kebakaran. Padahal proses pemadaman sudah berlangsung sejak Rabu (05/08) sekira pukul 11.30 Wib, sehingga sudah memakan waktu lebih dari 20 jam.

Ditengah pemadaman, pada Rabu malam sekira pukul 22.00 Wib, kebakaran membesar lagi di toko tersebut, kemungkinan terpicu oleh ledakan gas elpiji.

Akhirnya pemadam kebakaran Pemkab Rembang meminta bantuan regu pemadam dari Pemkab Blora dan Djarum Kudus, untuk memperkuat personil dari Damkar Pemkab Pati, Kacang Garuda Pati, Semen Gresik Rembang dan PLTU Sluke-Rembang yang lebih dulu datang.

Datangnya mobil Damkar dari Djarum Kudus sejak Rabu malam pukul 23.30 Wib, membuat penanganan lebih optimal. Pasalnya, pihak Djarum membawa langsung 3 unit armada, masing-masing 1 Damkar berteknologi tekanan tinggi dan 2 kendaraan penyuplai air total kapasitas 32 ribu liter.

Kepala Pemadam Kebakaran Djarum, Hardi Cahyana mengatakan datang ke Rembang, atas permintaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Rembang. Menurutnya, dari sekian banyak barang yang terbakar di dalam toko, bara apinya yang paling membandel adalah tumpukan karpet.

“Tumpukan karpet di lantai 3, paling membandel. Tapi Alhamdulilah Kamis pagi ini sudah mulai pendinginan,  “ ujarnya.

Kalau bahan plastik dan karet yang terbakar, idealnya penyemprotan menggunakan foam atau busa, supaya lebih cepat padam. Karena tidak membawa foam, beruntung pihaknya mempunyai pemadam kebakaran dengan teknologi tekanan tinggi (high pressure), sehingga semprotan air kuat menembus sampai lapisan terbawah.

“Informasi yang kita peroleh sebelum berangkat minim. Tahunya kita disuruh membantu pemadaman kebakaran toko. Kalau tahu dari awal, tentu kita akan bawa foam, karena bisa lebih cepat mengatasi, “ beber Hardi.

Kendala lain di dalam toko, cukup banyak sekat-sekat tembok antar ruangan, sehingga pemadaman membutuhkan waktu lama. Apalagi lantai bangunan sudah mulai retak, sehingga petugas pemadam harus memperhatikan keselamatan.

“Kita fokus di lantai 3. Karena sudah retak-retak, savety petugas tetap yang utama, “ imbuhnya.

Hardi menambahkan sempat membantu pemilik rumah yang ingin menyelamatkan sertifikat dan surat-surat penting di lantai II. Pemilik rumah diberi jaket serta helm pengaman, kemudian mengecek sebuah kamar di lantai II yang ternyata masih utuh.

“Kita tadi mendampingi pemilik rumah mengamankan surat-surat penting di lantai II. Semoga saja semua selamat, “ imbuh Hardi.

Mobil pemadam kebakaran dari Djarum Kudus ikut membantu.
Mobil pemadam kebakaran dari Djarum Kudus ikut membantu.

Lebih dari 20 jam memadamkan api, tentu butuh tenaga ekstra. Apalagi di tengah kepulan asap pekat seperti itu. Petugas pemadam kebakaran harus saling bergantian istirahat. Cukup dengan merebahkan diri di atas kendaraan pemadam.

Seorang petugas pemadam kebakaran Pemkab Rembang, Teguh Wiwoho mengaku menyempatkan tidur 1 – 2 jam, setelah itu melanjutkan pemadaman.

“Kita gantian istirahatnya mas, biar tetap fit, “ ungkapnya.

Soal sarana pra sarana, Teguh membenarkan petugas Damkar Rembang belum mempunyai alat bantu oksigen, ketika memadamkan api. Akibatnya, begitu memadamkan api di dalam ruangan dengan asap pekat, tidak akan sanggup bertahan lama.

“Alat bantu oksigen untuk pernafasan kita nggak punya. Mau berapa pun orangnya, kalau nggak pakai alat itu, ya nggak akan kuat. 5 Menit saja bertahan sudah bagus. Paru-paru bisa kena, kalau nggak pakai. Semoga kedepan sarana semacam ini dicukupi, “ ucap Teguh.

Toko Mebel Tunggal Jaya, kebetulan memiliki 3 toko berjajar, penuh berisi barang-barang dagangan berupa mebelair dan beragam perabot rumah tangga. Toko ini milik Ivon Silvianti (66 tahun).

Salah satu anak Ivon, Kustanto sempat bercerita kepada kami awal mula kebakaran. Kala itu, ada seorang warga, Suradi (46 tahun), warga Kelurahan Sidowayah, Rembang membantu mengelas tralis besi di atas seng, tempat lokasi gudang penyimpanan kasur busa/spring bed. Suradi memergoki titik api sudah mulai membesar, kemudian berteriak-teriak meminta tolong.

Kustanto mengaku bersama pekerja toko berusaha memadamkan api, dengan air dari dalam kamar mandi. Tapi api terlanjur cepat meluas. Ia kemudian menyelamatkan mamanya, menumpang ke rumah tetangga di depan toko Mebel Tunggal Jaya.

“Kemungkinan ya dari aktivitas mengelas itu, percikan las kena kasur. Saat kita mau bantu, orangnya nggak mau kok. Kalau kondisi mama saya, sehat, “ ujar Kustanto lirih.

Karena membutuhkan pasokan air cukup banyak, tandon di posko Damkar Pemkab Rembang sampai kehabisan persediaan air. Truk-truk penyuplai air sampai pukul 10.00 Kamis pagi ini masih hilir mudik. Mereka mengambil air dari instalasi PDAM di Mbesi Jl. Rembang – Blora dan Gunungsari Kecamatan Kaliori. Termasuk mengambil air di sumur-sumur sekitar lokasi kejadian. (Musyafa Musa).

News Reporter

Tinggalkan Balasan