Pamotan – Bupati Rembang, Abdul Hafidz menegaskan tidak melarang orang punya kerja, termasuk apabila dengan pentas musik organ tunggal. Namun yang paling penting, protokol kesehatan wajib dipatuhi terlebih dahulu.
Bupati menyampaikan hal itu dalam talk show Suworo Ndeso bertajuk “New Normal” yang disiarkan langsung Radio R2B 98,4 FM, Sabtu malam (27/06) dari kediaman pribadi Bupati di Desa Pamotan.
Ia mencontohkan warga mengadakan pentas organ tunggal, tidak masalah. Begitu pula kaum wanita yang ingin senam, dipersilahkan. Kuncinya, protokol kesehatan harus benar-benar dijalankan.
Tapi kalau sekiranya tidak sanggup, Hafidz tetap menyarankan jangan digelar.
“Aslinya nggak apa-apa, asal standar protokol Covid-19 dipatuhi. Misal, cuci tangan dulu pakai sabun, pakai masker dan jaga jarak. Mau nanggap organ tunggal, monggo saja. Mau senam, silahkan. Tapi kalau mau pentas, kok ternyata nggak ada tempat cuci tangannya, ya nggak boleh, “ kata Bupati.
Terkait aktivitas pendidikan di sekolah, bagi daerah zona hijau, siswa tingkat SMP/SMA sederajat, pembelajaran boleh secara tatap muka, dengan mentaati protokol kesehatan. Dua bulan setelah berjalan, baru siswa SD menyusul masuk sekolah.
Namun jika masih zona kuning atau bahkan merah, aktivitas pembelajaran tetap menerapkan sistem online.
“Jadi prinsipnya anak-anak SMP/SMA dulu yang masuk. Setelah itu baru menyusul SD. Negara sangat memperhatikan anak-anak, karena aset penerus bangsa, jangan sampai nggak sehat. Mohon kiranya masyarakat bersabar, “ tandasnya.
Nur Khotib, seorang dokter sekaligus Kepala Puskesmas Pamotan yang hadir sebagai narasumber dalam talk show itu menyatakan virus corona nyata adanya. Ia mengajak masyarakat jangan panik, tetapi juga tidak boleh menyepelekan. Orang panik, karena kebanyakan tidak paham.
Menurutnya, akan lebih baik memahami cara penularan, supaya masyarakat melakukan pencegahan. Ia mencontohkan ketika seseorang batuk atau bersin, menimbulkan percikan yang mengandung virus dan dapat menular. Nur Khotib membeberkan alasan, kenapa harus pakai masker dan jaga jarak.
“Kalau pengin nggak tertular, ya jangan ketemu orang. Tapi itu kan nggak mungkin. Makanya ketemu, tapi cegah jangan sampai menular. Setiap batuk atau bersin, kalau pakai masker, percikannya kena masker, sehingga nggak menular. Kalau nggak pakai masker, ya harus jaga jarak. Tapi namanya orang kan ada lupanya, sulit jaga jarak, maka diminta pakai masker. Soalnya sering juga kan, habis bersin ditutup tangan, lalu upil-upil, ucek-ucek mata tanpa cuci tangan. Kalau cuci tangan, ya nggak apa-apa, “ terang dr. Nur Khotib.
Sementara itu, warga memberikan komentar beragam, selama talk show berlangsung. Akun bernama Suparni Asano berkomentar “Saya lebih seneng kalau Rembang saat ini dilakukan PSBB (pembatasan sosial berskala besar-red), mengingat penambahan pasien Covid-19 sangat signifikan. Saya yakin Bapak sangat bijaksana”.
Kemudian akun Dudu Harlino berkomentar “Kesadaran masyarakat perlu selalu ditingkatkan dan diingatkan Bapak, mengingat masyarakat Rembang masih banyak yang abai thd protokol kesehatan”.
Akun bernama Latifa Prabandari berkomentar “Sebaiknya untuk sekolah diliburkan untuk semua jenjang….karena semakin banyaknya masyarakat yang terkena Covid 19….”. (Musyafa Musa).
Penerapan protikol kesehatan pd pernikahan masih berlaku kah??
Krn ada pernikahan kades pinggan (kec. Bulu) tgl 14 dan 15 Juni yg tdk menjaga jarak/kerumunan dan pengatin tdk bermasker. Seharusnya ada sanksi agar tidak terulang.
Kok gak ada suratnya sebagai dasar, ya ?