Rembang – Nelayan Desa Tasikagung, Rembang tetap menggelar kegiatan larung sesaji ke tengah laut, Minggu pagi (31 Mei 2020), sebuah tradisi yang rutin diadakan seminggu setelah Lebaran.
Tokoh nelayan Desa Tasikagung, Suyoto menjelaskan larung sesaji tetap, karena merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang. Tapi kapal yang berangkat hanya 2 kapal, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, terhitung sangat ramai.
“Kalau nggak ada larung sesaji, beliau-beliau yang ada di sini rasanya kurang mantep gitu mas. Yang dilarung replika kapal, di dalamnya terdapat sesajian dan kepala kambing, “ kata Suyoto.
Khusus event arak-arakan, kemudian pentas dangdut, wayang dan pengajian ditiadakan, guna mematuhi anjuran pemerintah, sehingga tidak menimbulkan kerumunan masyarakat di tengah pandemi Covid-19. Padahal ketika rangkaian sedekah laut Tasikagung, rata-rata bisa menghabiskan anggaran sampai Rp 450 Jutaan.
“Ya masyarakat kita kasih pemahaman. Negara masih menghadapi pandemi Covid-19. Tahun depan kalau sudah nggak ada wabah, bisa diadakan lagi. Lhah untuk dana yang terkumpul, belum lama ini kita belikan beras 27 ton, untuk kegiatan sosial, “ imbuh Suyoto.
Sementara itu, Kapolres Rembang, AKBP Dolly A. Primanto turun langsung memantau tradisi larung sesaji dan panjat pinang di pinggir pantai Tasikagung. Kapolres menyatakan pihaknya mengerahkan 50 orang personil, untuk melakukan pengamanan.
“Meski tidak kami izinkan, tapi yang namanya tradisi, nggak bisa dihindari. Makanya kita terjunkan personil disebar ke beberapa titik, “ terangnya.
Dolly menambahkan setelah replika kapal berisi sesaji diturunkan di tengah laut, sekira 1 kilo meter dari bibir pantai, kapal langsung kembali ke dermaga pelabuhan. Ia tak henti-hentinya mengimbau warga untuk mengenakan masker dan tetap menjaga jarak.
“Tadi saya juga ikut ke tengah laut, terus kembali lagi ke pinggir. Karena ada panjat pinang juga, kita himbau penonton pakai masker, tetap jaga jarak, “ pungkasnya. (Musyafa Musa).