“Hanya 1 – 2 Detik, Bayangan Longsor Itu Terus Di Depan Mata Saya…”
Sopir yang selamat dari kejadian tambang longsor, Qosim “Gonggik”, warga Desa Sendangmulyo Kec. Sluke menggendong anaknya. (Foto atas) Sebuah truk ringsek di lokasi tambang yang longsor.
Sopir yang selamat dari kejadian tambang longsor, Qosim “Gonggik”, warga Desa Sendangmulyo Kec. Sluke menggendong anaknya. (Foto atas) Sebuah truk ringsek di lokasi tambang yang longsor.

Sluke – Detik-detik terjadinya longsor di lokasi tambang Desa Blimbing, Kecamatan Sluke, Rabu sore (06/05) membuat korban selamat memendam trauma.

Salah satunya Sutrisno (30 tahun), sopir asli Desa Blimbing Kecamatan Sluke. Saat berbincang dengan Reporter R2B di rumah isterinya di Desa Sendangwaru (Trapoh) Kecamatan Kragan, Kamis pagi (07 Mei 2020), Sutrisno mengaku kejadian tebing longsor terus membayangi di depan matanya. Bahkan tidur pun masih gelisah.

“Jujur saja masih trauma pak. Bencana itu seperti di depan mata terus. Semalam tidur juga nggak tenang, “ tuturnya.

Sutrisno mengisahkan saat kejadian longsor, truknya baru saja selesai diisi bahan tambang tanah. Ketika akan menjalankan truk keluar, tiba-tiba tebing setinggi 15 an Meter runtuh. Hanya dalam hitungan 1 atau 2 detik.

“Cepet sekali, lihat di luar suasana seperti itu saya pasrah. Kalau infonya saya lari, nggak benar, “ ungkap Sutrisno.

Ia masih duduk di dalam kabin truk, kemudian terdapat sisa ruang di sela-sela tanah, untuk keluar menyelamatkan diri. Begitu keluar, terlihat separuh tubuh rekannya sesama sopir, Angga (25 tahun), warga Desa Sendangmulyo Kecamatan Sluke tertimbun longsor. Angga berhasil ditarik dan selamat.

“Saya lihat waktu tebing longsor, Angga lari di depan truk saya. Saat saya keluar truk mendapati Angga tertimbun separuh. Ia bisa kami selamatkan, “ imbuhnya.

Sedangkan truk yang ia kemudian kondisinya rusak parah. Truk tersebut milik perorangan warga Desa Kedungrejo (Mbesi) Rembang.

“Rencana waktu itu bahan tambang kita lansir dari lokasi tambang menuju tempat penampungan di pinggir jalur Pantura, selatan pelabuhan, “ bebernya.

Sopir lainnya yang selamat, Qosim (35 tahun), warga Desa Sendangmulyo Kecamatan Sluke mengungkapkan sama sekali tidak menaruh curiga tebing akan longsor, karena sehari-hari truk parkir juga berada di bawah tebing tersebut.

“Nggak ngira mas, lha wong biasanya tiap hari juga parkir di situ kok, “ kata pria yang biasa disapa Gonggik ini.

Qosim menambahkan saat longsor terjadi, posisinya berada agak jauh dari deretan truk. Ia memilih fokus membantu rekannya yang tertimbun longsor.

“Kalau yang meninggal dunia, saya nggak berani melihat. Nggak tega, lagipula yang di situ bantu evakuasi sudah banyak orang, “ pungkasnya.

Qosim bersyukur selamat dari peristiwa itu dan masih mendapatkan kesempatan berkumpul dengan keluarganya.

Sebagaimana kami beritakan, 2 orang sopir meninggal dunia dan 1 luka berat, tertimpa longsor di lokasi tambang Desa Blimbing Kecamatan Sluke yang disewa PT. Amir Hajar Kilsi (AHK), Rabu sore. Sopir yang meninggal dunia, Solikin (30 tahun) warga Desa Sendangmulyo Kecamatan Sluke dan Muhammad Abram (28 tahun) warga Desa Sidomulyo Kecamatan Gunem. Sedangkan 1 korban luka berat, Dasrun (49 tahun) warga Desa Sendangmulyo Kecamatan Sluke, menjalani perawatan di RSUD dr. R. Soetrasno Rembang.

Kepala Desa Sendangmulyo Kecamatan Sluke, Asmuni menyatakan pihak desa akan mengusahakan agar perusahaan pengelola tambang, memberikan perhatian kepada korban. Apalagi korban berasal dari keluarga tidak mampu.

“Warga kami 1 meninggal dunia dan 1 luka berat. Nanti saya komunikasi dengan PT. Bukan berarti nyawa ditukar harta itu nggak, tapi kami akan minta pertanggungjawaban dengan PT. Yang jadi korban meninggal dunia soalnya tulang punggung keluarga, “ ungkap Asmuni.

Hingga Kamis siang, area tambang masih ramai dikunjungi warga dari luar desa yang merasa penasaran. Namun karena TKP dipasangi police line, warga sebatas melihat dari kejauhan. (Musyafa Musa).

News Reporter

Tinggalkan Balasan