Rembang – Pemerintah terus menggelorakan sosialisasi waspada virus corona. Di tengah kondisi seperti ini, ternyata menimbulkan dua dampak yang berbeda, antara pedagang tempe dengan penjual jas hujan.
Bambang Sumantri, pedagang tempe di Pasar Rembang mengungkapkan omsetnya menurun tajam. Saat sebelum corona, dalam sehari rata-rata menghabiskan kedelai 2 kwintal. Tapi sekarang 1,5 kwintal saja, masih banyak tempe yang belum terjual. Kalau masih menumpuk, tempe sering dibagikan gratis kepada warga lain, agar tidak mubadzir. Padahal saat ini ia sendiri juga menanggung beban hutang perbankan.
“Penurunannnya 50 % lebih mas. Saat ini saya masih nanggung cicilan tanah kapling maupun kredit BMT. Cuman bisa berdo’a semoga wabah corona lekas selesai, biar dunia usaha lekas pulih, “ ungkap Bambang yang juga pegiat media sosial ini.
Beda lagi dengan nasib penjual jas hujan. Mereka merasakan imbas positif, karena belakangan ini banyak warga membeli jas hujan, untuk keperluan alat pelindung diri (APD), ketika menyemprotkan desinfektan.
Karyawan toko di sebelah barat Makolantas Polres Rembang, Mashadi menuturkan dalam sehari, jas hujan mampu laku rata-rata sampai 30 buah. Pembeli kebanyakan dari perwakilan desa maupun organisasi masyarakat, yang kebetulan saat ini sedang menggiatkan penyemprotan desinfektan, untuk mencegah penularan virus corona. Selain jas hujan, APD lain seperti masker, sarung tangan dan helm juga laku lumayan. Karena tingginya permintaan, belakangan ini bos nya harus menambah stok.
“Yang jas hujan itu kebanyakan beli dengan harga paling murah, Rp 90 ribu. Untuk sepatu boot ya Rp 90 ribu, kalau masker bervariasi mulai Rp 7 – 20 ribu. Harganya nggak kita naikkan. Ini kebetulan stok dari Semarang baru datang, “ bebernya.
Meski ada sisi positif dan negatif, namun secara umum serangan corona ini sudah mengganggu perekonomian masyarakat. Bahkan sejumlah koperasi di Kabupaten Rembang mulai bulan April ini, sudah tidak melayani pinjaman kredit. Kebijakan tersebut diambil, guna menyikapi melemahnya perekonomian warga, yang dikhawatirkan akan kesulitan mengangsur pinjaman. (Musyafa Musa).