Sale – Pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Rembang, Kamis siang (13 Februari 2020) mendatangi SD N Ngajaran, Kecamatan Sale, sebuah sekolah yang berada di daerah terpencil. Ada alasan khusus, kenapa PWI menyambangi sekolah tersebut.
Ketua PWI Kabupaten Rembang, Musyafa Musa menuturkan pada perayaan Hari Pers Nasional (HPN) ke-74, pihaknya ingin memberikan perhatian terhadap sekolah-sekolah di daerah pelosok, yang selama ini sangat jarang dikunjungi. Bentuknya, menyerahkan bantuan puluhan bibit tanaman jenis buah-buahan, puluhan buku bacaan dan peralatan olahraga.
“Kita ingin terus mendorong budaya menanam, budaya membaca dan budaya olahraga semakin tumbuh. Kalau tiga aktivitas ini bisa berjalan beriringan, semoga meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) pelajar, “ kata Musyafa.
Dipilihnya SD N Ngajaran cukup tepat. Di sekolah ini ada dua ruang kelas yang dikosongkan, karena kondisi bangunan sudah retak dan membahayakan. Kepala SD N Ngajaran, Rukmini memperinci masing-masing siswa kelas I dipindahkan ke ruang perpustakaan, kemudian siswa kelas II menumpang satu ruangan dengan kelas III. Itu pun tidak disekat, sehingga aktivitas belajar mengajar menjadi kurang nyaman.
“Kalau bu guru menanyakan perkalian, tanyanya ke siswa kelas II yang jawab siswa kelas III atau sebaliknya. Kami sudah mengajukan rehab ruang kelas, tapi belum terealisasi, “ ujarnya.
Begitu pula dengan kesiapan buku pelajaran. Ada sebagian kelas yang harus meminjam ke sekolah lain, karena pasokan buku belum datang. Kebetulan di SD N Ngajaran hanya terdapat 33 anak.
“Buku kurikulum baru semester II belum datang, saya meminjam ke SD N Tahunan, kebetulan dulu saya pernah tugas di sana. Ini yang kelas I jumlahnya 5 anak, kelas II 5 anak, kelas III 5 anak, kelas IV 6 anak, kelas V 6 anak dan kelas VI juga 6 anak, “ terangnya.
Sementara itu, Kepala Desa Ngajaran Kec. Sale, Ngesti Yulianti yang turut hadir ke sekolah mengakui keberhasilan program KB, membuat jumlah siswa terus berkurang. Selain itu, posisi sekolah di Ngajaran cukup jauh, untuk dijangkau anak-anak dari Dusun Kaliprak Desa Ngajaran. Mereka justru senang bersekolah ke Desa Mrayun yang jaraknya lebih dekat.
“Pusat pemerintahan desa di Dusun Kaliprak, sekolahnya di Ngajaran. Kalau mau ke sekolah sini, harus menempuh 2 kilo meter lebih, “ beber Ngesti.
Sejauh ini belum muncul wacana meregrouping atau menggabung SD, karena jika sampai terjadi, dikhawatirkan banyak anak enggan bersekolah, dengan alasan terlalu jauh.
Ngesti menambahkan kondisi sebagian akses jalan menuju Ngajaran juga rusak parah. Ia sudah memohon kepada Pemkab Rembang untuk perbaikan, supaya mempermudah aktivitas warga. Termasuk bapak/ibu guru yang akan mengajar. (Musyafa Musa).