Rembang – Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh Rembang, Kiai Mustofa Bisri atau Gus Mus mengungkap fenomena rakyat kecil susah mendapatkan pinjaman bank. Sedangkan yang berhutang, justru kebanyakan rakyat besar.
Gus Mus menyampaikan hal itu dalam sambutannya ketika peresmian Bank Waqaf Mikro (BWM) Bangkit Nusantara di Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, hari Kamis (09 Januari 2020). Menurutnya, saat orde lama, politik sebagai panglima. Tapi ketika ditumbangkan orde baru, sektor ekonomi berganti menjadi panglima. Kala itu Presiden Soeharto meniru negara-negara lain yang pembangunannya maju. Dari sisi pemikiran sudah benar, tapi bangsa Indonesia meniru tanpa memperhitungkan kondisi sendiri.
“Kalau niru ndak nyawang awake dewe, pokoke niru ngono wae. Ada orang sana celananan ngapret, ngapret kabeh, gak peduli sikile koyo opo. Ada cewek Perancis pupune apik, cewek-cewek Indonesia niru. Padahal methetet kabeh, gak nyawang awake dewe, “ urai Gus Mus.
Termasuk ketika negara Indonesia menjadi negara kapitalis, tanpa melihat di Indonesia ada Pancasila, terutama sila ke-5, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
“Akhirnya menghasilkan masyarakat yang materialistis. Di sana sudah sadar, di sini masih bangga, “ ujarnya.
Gus Mus kemudian menyoroti sektor perbankan. Rakyat kecil disuruh menabung, tetapi yang berhutang kebanyakan rakyat besar. Orang yang melarat akan terus melarat, tapi yang kaya akan semakin kaya.
“Rakyat kecil gak berani ke bank, lihat seragam pegawainya saja ketakutan. Yang melarat, dari mbahe sampai putune melarat terus. Yang sana, dari mbahe sampai cicite sugih terus, “ kritik kyai berusia 75 tahun ini.
Lebih lanjut ia mengisahkan pengalamannya datang ke salah satu bank dicuekin.
“Mereka mengatakan abdi masyarakat. Saya termasuk masyarakat. Saya dicuekin, tapi ada cukong-cukong pakai celana pendek pakai kaos diladeni seperti raja, “ tuturnya.
Maka ia bersyukur ketika Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendirikan Bank Waqaf Mikro di Rembang, untuk membantu pelaku usaha skala paling kecil mendapatkan modal usaha. Pelaku usaha semacam itu sering terpinggirkan, karena kesulitan memperoleh modal perbankan. Baginya upaya OJK tidak hanya mendatangkan manfaat di dunia, tapi juga berpahala besar di akhirat kelak.
“Sampeyan yang ada di BWM Bangkit Nusantara harus paham. Pakaian harus menyesuaikan dengan nasabah. Jangan sampai nasabah ketakutan. Kalau perlu embel-embel nggak usah dipakai. Biar rakyat kecil bisa menikmati tanpa ribut dengan birokrasi yang membikin mereka selama ini tersisihkan. Ini ganjarane gede banget, karena ngrumati orang-orang yang nggak kerumat selama ini, “ pungkas Gus Mus.
Dalam peresmian Bank Waqaf Mikro (BWM) Bangkit Nusantara ini, turut dipamerkan pelaku usaha mikro yang berjualan tempe, gethuk, rempeyek, kopi, penjepit rambut dan sejumlah barang lain. Beberapa di antaranya bahkan sudah berusia lanjut. (Musyafa Musa).