Tak Masuk BPJS, Balita Gizi Buruk Menanti Uluran Tangan
Rumah orang tua pasien di Desa Timbrangan, Kec. Gunem. (Foto atas) Pasien Laila Qurrota Ayuni menjalani perawatan di rumah sakit.
Rumah orang tua pasien di Desa Timbrangan, Kec. Gunem. (Foto atas) Pasien Laila Qurrota Ayuni menjalani perawatan di rumah sakit.

Rembang – Seorang balita penderita gizi buruk yang menjalani perawatan di rumah sakit dr. R. Soetrasno Rembang, menantikan uluran tangan dari masyarakat, karena keluarganya dari Desa Timbrangan Kecamatan Gunem termasuk keluarga tidak mampu dan belum terdaftar sebagai penerima program BPJS Kesehatan.

Balita tersebut bernama Laila Qurrota Ayuni, berusia hampir 2 tahun, anak kedua pasangan Mukijan (45 tahun) – Ngamijah (32 tahun). Hingga Kamis siang (02 Januari 2020), pasien masih menjalani perawatan intensif di Ruang Flamboyan Rumah Sakit dr. R. Soetrasno.

Ayah pasien, Mukijan mengungkapkan semula putrinya didiagnosa menderita sejumlah penyakit, yakni lemah jantung maupun infeksi otak. Sudah pernah masuk rumah sakit, kemudian dibawa pulang.

Belakangan ini, kondisi sang buah hati melemah, sehingga harus opname ke rumah sakit lagi. Diagnonsa terakhir mengalami gangguan paru-paru dan gizi buruk. Setelah 11 hari dirawat, bobot anaknya yang semula hanya 4,7 kilo gram, kini mulai meningkat menjadi 5,3 Kg.

“Kata pak dokter kena paru-paru, sama gizi buruk. Pak dokter menyarankan untuk minum susu yang banyak. Sekarang tubuhnya mulai agak gemuk, setelah ditangani tim medis, “ kata Mukijan.

Mukijan menambahkan dirinya tidak mempunyai kartu BPJS Kesehatan. Saat akan mendaftar peserta mandiri BPJS, ternyata upahnya sebagai buruh tidak mencukupi. Ia meminta bantuan kepada perangkat desa Timbrangan, guna membuat surat keterangan tidak mampu (SKTM). SKTM tersebut sudah diajukan kepada Bupati Rembang, Abdul Hafidz, dengan harapan bisa terbit kartu BPJS atas tanggungan Pemkab. Ia sendiri bingung kalau harus menanggung biaya pengobatan, yang diperkirakan sekira Rp 5 Jutaan.

“Sebenarnya sudah boleh pulang, tapi saya belum punya kartu BPJS. Ini lagi proses. Kalau belum jadi, ya mungkin mau hutang-hutang dulu, untuk bayar pengobatan. Gaji saya sebagai buruh di Kudus, untuk makan saja cukup sudah alhamdulilah mas, “ imbuhnya.

Sementara itu, seorang aktivis perempuan dari Kelurahan Leteh, Rembang, Fanty Kurnia Margaretha mengaku setelah menerima informasi penderita gizi buruk dari Desa Timbrangan tersebut, ia mencoba melakukan penggalangan dana, guna meringankan beban orang tua balita.

“Saat ini yang paling dibutuhkan adalah susu formula khusus untuk perbaikan gizi buruk. Masyarakat yang mau bantu, bisa dikirim langsung. Atau menghubungi dulu orang tua pasien, di nomor HP 085 325 225 762, “ kata Fanty. (Musyafa Musa).

News Reporter

Tinggalkan Balasan