

Rembang – Sejumlah warga menyayangkan penebangan pohon palem di sepanjang Jl. Pemuda Rembang, dalam dua hari terakhir ini. Rata-rata mempertanyakan, kenapa pohon palem tidak dijegol saja, kemudian disumbangkan kepada pihak lain yang membutuhkan ?
Suparno, seorang warga Kelurahan Leteh, Rembang mengaku pernah datang ke Dinas Perumahan Dan Permukiman yang menjadi leading sector penebangan pohon palem tersebut. Ia mengusulkan pohon palem yang sudah besar-besar itu, dibongkar dari akarnya, sehingga masih bisa dimanfaatkan. Jangan langsung dipotong-potong seperti sekarang, mengakibatkan anggaran daerah untuk penanaman dan perawatan tanaman terbuang percuma.
“Saya ketemu dengan bu Yustin kepala Perkim, minta palem jangan dipotong. Biar nanti kalau ada desa butuh pohon palem, dapat dihibahkan. Atau kalau nggak ada desa yang minta, bisa dialihkan ke kawasan sekitar GOR Mbesi, untuk menunjang estetika di sana. Mungkin saja pekerja nggak mau repot, “ ungkapnya.
Kepala Dinas Perumahan Dan Permukiman, Joestinnarni kepada wartawan, menanggapi pohon palem sudah tidak kuat dan kurang berfungsi sebagai peneduh. Daripada membahayakan ketika cuaca buruk, akhirnya ditebang.
Dihubungi terpisah, Kepala Seksi Pengendalian Kerusakan Hutan & Lahan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Rembang, Taufik Darmawan membenarkan penebangan palem merupakan ranah instansi Dinas Perumahan dan Permukiman.
Pihaknya saat rapat koordinasi sebatas menyampaikan pendapat. Ia menganggap usia pohon palem lebih dari 10 tahun, sudah tidak produktif dan kurang efektif.
“Sebenarnya dari dulu penanaman palem, secara pribadi kurang setuju. Tapi karena pimpinan kala itu menghendaki, ya mau bagaimana lagi, “ ujarnya.
Ketika Rakor, Taufik mengusulkan alternatif dua macam tanaman pengganti palem yang ditebang, yakni pohon tabebuya dan bungur. Akhirnya disepakati diganti dengan bungur, karena bungur termasuk pohon peneduh sangat rindang dan menghasilkan bunga yang indah. Bungur pula yang saat ini banyak ditanam di kawasan perkotaan Blora dan Surabaya.
“Kalau tabebuya bunganya warna kuning, seperti di SMA N II Rembang. Beda dengan bungur, pohonnya lebih besar dan memiliki sifat peneduh lebih baik ketimbang tabebuya. Bungur mendekati angsana. Soalnya faktor keteduhan, sangat menentukan penilaian Adipura, “ beber Taufik.
Taufik menambahkan masalah penghijauan di Kota Rembang sering dihadapkan pada kendala jaringan listrik PLN di kanan kiri jalan. Pohon bungur memungkinkan tumbuh besar, sehingga nantinya tetap harus ada perawatan rutin berupa pemangkasan.
Penebangan pohon palem dilanjutkan tanaman pengganti ini memanfaatkan dana CSR PT. Semen Gresik Pabrik Rembang, sekira Rp 360 an Juta, yang dulu diproyeksikan untuk Jl. Kartini Rembang. Rencananya, penanaman akan dimulai dari sebelah selatan bundaran pasar sampai depan kantor Kecamatan Rembang Kota. (Musyafa Musa).