Pamotan – Ada yang berbeda di sekolah SMP N III Pamotan, di kawasan Desa Bangunrejo (Bedog) Kecamatan Pamotan, Selasa (22 Oktober 2019). Biasanya pada hari Selasa, murid maupun guru memakai seragam formal, tetapi kali ini siswa dan guru laki-laki mengenakan sarung, sedangkan murid dan guru perempuan memakai baju muslimah.
Ternyata kostum yang tidak biasa itu, sengaja untuk meramaikan upacara bendera dalam rangka Hari Santri Nasional tiap tanggal 22 Oktober. Siswi kembar SMP N III Pamotan, Nabila dan Nadila menganggap ada pemandangan lucu, ketika melihat mayoritas petugas upacara bersarung. Menurutnya, muncul kesan santai tapi menarik. Meski demikian, Nabila maupun Nadila ingin jika suatu saat nanti, kostum semacam itu dipakai lagi.
“Lihat bapak guru bersarung, kemudian temen-temen bersarung, lucu juga. Tapi saya suka banget, malah lebih seru kok, “ kata Nabila dan Nadila kompak.
Sementara itu, Kepala SMP N III Pamotan, Ngadiyono menjelaskan pihaknya memang sengaja menginstruksikan pakaian ala santri, khusus tanggal 22 Oktober, sebagai bentuk mengenang kembali seruan resolusi jihad dari tokoh pendiri Nahdlatul Ulama, Mbah Hasyim Asy’ari, dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia kala itu. Menurutnya, secara tidak langsung menjadi sarana pendidikan karakter bagi para pelajar, karena terdapat muatan semangat nasionalisme.
“Begitu siswa dan guru pakai sarung, selain merayakan Hari Santri Nasional, kita juga ingin mengikis kesan formal. Nggak ada jarak antara guru dengan murid. Kebetulan ini kegiatan kali pertama, sehingga lumrah tadi waktu upacara anak-anak senyum-senyum, bahkan ada yang tertawa melihat pemimpin dan inspektur upacara pakai sarung, “ ujarnya.
Ngadiyono menambahkan setelah upacara, 252 murid di SMP N III Pamotan melanjutkan dengan do’a tahlil bersama, demi kesuksesan dunia pendidikan, serta kemajuan negeri tercinta Indonesia. (Musyafa Musa).
Semoga Hari Santri menginspirasi para siswa dan siswi