Kragan – 1 keluarga di sebuah desa di Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang harus pindah rumah, karena diduga berbeda pilihan calon kepala desa dengan orang tuanya, dalam pemilihan kepala desa (Pilkades). Pembongkaran rumah tersebut bahkan berlangsung cukup ramai.
Menurut hasil penelusuran, ada seorang menantu, sebut saja K (37 tahun). Ia mendukung calon kepala desa nomor 2, karena merasa sebagai teman dan masih kerabat. Tapi mertuanya, sebut saja C adalah pendukung fanatik calon Kades nomor 1. Seiring berjalannya waktu menjelang Pilkades, tensi politik semakin meningkat.
C sempat mengajak K sekeluarga agar mendukung calon Kades nomor 1, namun K bersikukuh menolak. K tetap ngotot pada pendiriannya, mendukung calon Kades nomor 2. Terjadilah silang pendapat, hingga puncaknya K yang kebetulan tinggal bersebelahan dengan rumah mertua, memutuskan membongkar rumahnya dan pindah ke lokasi lain yang berjarak sekira 100 Meter. Proses pemindahan rumah tersebut cukup dramatis, karena puluhan pendukung calon Kades nomor urut 2 ikut turun langsung membantu, untuk menunjukkan tingginya rasa solidaritas sesama pendukung calon.
Selasa siang (15 Oktober 2019), kami temui sang menantu, berinisial K. Yang bersangkutan bersama sejumlah tukang, masih sibuk membenahi rumahnya di tempat baru.
Ia blak-blakan pindah rumah bersama isteri dan seorang anaknya, karena berbeda pilihan dengan mertua. Hatinya masih mengganjal, kalau mengingat peristiwa itu. Meski demikian K tetap berharap suatu saat nanti, hubungan dengan mertua bisa lekas membaik.
“Mungkin sama-sama nggak bisa nahan, ada masalah jadinya berujung seperti ini. Tembok saya gempuri. Diajak pilihan yang sama nggak mau, saya juga nggak mau dengan pilihan mertua. Saya sangat ikhlas pindah. Memang hati masih ngganjel, tapi kedepan penginnya tetap rukun mas, “ ujar K.
Lalu bagaimana pendapat bapak mertua ? C menegaskan tidak pernah mengusir anak dan menantunya tersebut pergi. Tapi ia membenarkan kepindahan itu, didasari beda pilihan dalam Pilkades.
Semula C sebagai orang tua, ingin menyarankan pilihan kepada keluarganya. Tapi ditolak mentah-mentah. C sendiri mengklaim berbeda pilihan adalah hak asasi, tapi sebatas mengingatkan kalau bisa K jangan ikut aktif menggalang dukungan untuk calon Kades nomor urut 2. C juga memastikan bahwa hubungannya secara pribadi dengan anak dan menantu masih baik, meski muncul masalah semacam ini.
“Pengin saya tak ajak, kalau nggak mau ya sudah. Namanya keluarga, tak ajak bersatu. Kalau dia nggak keluarga, ya nggak mungkin saya ajak. Tapi tahu-tahu rumah dibongkari sama warga, waktu itu saya sengaja tidak di rumah, khawatir nanti malah tersulut emosi, terjadi yang nggak baik, “ kata C menggunakan bahasa Jawa.
Sementara itu, Kapolsek Kragan, Iptu Setiyanto mengakui lingkungan masyarakat desa, rata-rata masih memiliki hubungan kekerabatan. Karena kedekatan itu, polisi berupaya mengantisipasi jangan sampai terjadi perpecahan. Polsek senantiasa mengedepankan pendekatan persuasif, melalui anggota Babhinkamtibmas.
“Saya akui di desa itu hubungan satu sama lain begitu dekat. Yang penting jangan sampai terjadi perpecahan yang mengarah benturan. Tiap ke desa, saya ingatkan ya calon ya pendukung calon, maupun panitia Pilkades. Untuk panitia, mohon selalu netral melayani semua, “ bebernya.
Iptu Setiyanto menambahkan hasil pantauan sementara ini, dari 19 desa di Kecamatan Kragan yang akan menggelar Pilkades serentak tanggal 06 November mendatang, secara umum masih kondusif. (Musyafa Musa).