Arti Suro Bagi Masyarakat Sekararum, Eksodus Besar-Besaran Karena Bencana
Sekararum sekarang dan foto atas situs Kaligenting.
Sekararum sekarang dan foto atas situs Kaligenting.

Sumber – Sasi Suro atau pada hitungan kalender Islam merupakan awal tahun baru, memiliki arti spesial bagi masyarakat Sekararum atau Desa Sekarsari, Kecamatan Sumber.

Tahun baru Hijriyah diidentikkan memiliki semangat hijrah atau pindah oleh warga di kampung tersebut. Sebagai sarana mengingatkan kembali bahwa Sekararum adalah lokasi baru, lantaran warganya dulu menempati kawasan bernama Kaligenting, sebelah barat Sekararum. Kaligenting kala itu sempat porak poranda diterjang bencana banjir besar, sehingga membuat warga melakukan eksodus, pindah secara besar-besaran ke tempat yang lebih aman dan sekarang terkenal dengan sebutan Sekararum.

Tono “Tosayken”, seorang tokoh pemuda Sekararum mengatakan untuk mengisi sasi suro, pihaknya baru selesai mengadakan Festival Suronan. Konsep kali ini berbeda dengan Festival Suronan pada periode tahun lalu, yang tidak menggunakan alat elektronik sedikitpun. Menurutnya, tahun 2018 kemarin menjadi era kebangkitan pemuda Sekararum.

“Kala itu kita bikin event dengan konsep senyap. Kita ingin lakukan perlawanan, melakukan perubahan meski dalam kondisi senyap, “ bebernya.

Namun pada Festival Suronan kedua kali ini terasa berbeda. Alat elektronik mulai digunakan saat pentas. Setting panggung acara yang berada di sebelah timur SMA N I Sumber, juga dibuat sedemikian rupa, untuk mengingatkan kembali perpindahan warga dari Kaligenting menuju Sekararum.

“Di atas panggung ada panci, wajan dan lain sebagainya, merupakan pertanda sesuatu yang dinamis. Hidup juga dinamis, dulu kena musibah, kini masyarakatnya bergerak, semoga Sekararum kedepan lebih maju, “ imbuhnya.

Bagi Tono, warga bukan sekedar melihat pertunjukan pada Festival Suronan. Namun bagaimana pesan yang disampaikan dapat tertanam, bahwa Suro momentum bulan instropeksi, dengan misi memperbaiki. (Musyafa Musa).

News Reporter

Tinggalkan Balasan