Pemilihan Ketua GP Ansor Rembang, Diungkap Alasan Kenapa Hindari Voting
Kader GP Ansor Kabupaten Rembang mengikuti konferensi cabang di Pondok Pesantren Ngisor Waru, Desa Pulo, Rembang, Minggu (18/08).
Kader GP Ansor Kabupaten Rembang mengikuti konferensi cabang di Pondok Pesantren Ngisor Waru, Desa Pulo, Rembang, Minggu (18/08).

Rembang – Masih banyak pihak-pihak yang mengganggu kebhinekaan Indonesia, dengan cara melancarkan provokasi. Hal itu patut dilawan, karena bisa saja nantinya antar agama bertempur.

Mujiburrohman, Ketua Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor Koordinator Wilayah Jawa Tengah Dan DIY menyampaikan fenomena tersebut, saat membuka Konferensi Cabang GP Ansor Kabupaten Rembang di Pondok Pesantren Ngisor Waru, Desa Pulo, Rembang, Minggu siang (18 Agustus 2019). Ia mencontohkan belum lama ini sempat ada da’i kondang yang mengolok-olok lambang agama lain dan sempat viral.

Menurutnya, Banser dan GP Ansor harus tetap kokoh menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari orang-orang tidak bertanggung jawab. Segala provokasi yang muncul disikapi dan jangan sampai mudah terhasut.

“Memang sudah ada organisasi yang dibubarkan, karena tidak sepaham dengan NKRI. Tapi anggotanya masih banyak yang berkeliaran mencoba melakukan provokasi, mengadu domba dan mengusik kebhinekaan. Kalau ini dibiarkan, akan terjadi pertempuran antar agama di Indonesia. Ini tugas Banser dan Ansor, untuk menjaga NKRI, “ tandasnya.

Terkait dengan pemilihan Ketua GP Ansor Kabupaten Rembang, Mujiburrohman berpendapat tidak perlu menggunakan voting, karena mekanisme itu termasuk cara-cara zaman dahulu. Akan lebih baik pemilihan mengoptimalkan musyawarah. Ia yakin di GP Ansor tidak ada kader yang meminta posisi, karena kalau itu sampai terjadi kader tersebut akan kuwalat.

“GP Ansor lahir tahun 1936, artinya sudah sangat dewasa. Pemilihan dengan cara voting, sudah lewat masanya. Kita duduk bareng, tentukan siapa yang akan memimpin. Biasanya yang ditunjuk akan menolak, ampun kulo, niku mawon. Tidak ada dalam Ansor ngacung, saya saja yang jadi ketua, kalau nggak Ansornya akan bubar. Itu kader yang nggak paham, “ imbuhnya.

Sebelumnya, Ketua GP Ansor Wilayah Jawa Tengah, Sholahudin Aly yang hadir dalam kesempatan itu meminta untuk menghindari voting, dalam memilih ketua. Ia khawatir ujung-ujungnya akan saling tikam dan ada yang ditinggalkan. Apalagi organisasinya kedepan harus semakin kuat.

“Mereka yang berkontestasi calon-calon terbaik, tapi ujungnya akan melukai satu sama lain. Makanya jangan ada voting. Kita butuh konsolidasi internal yang kokoh. Bagaimana mungkin kita akan berjuang keluar, tapi kondisi internal rapuh, “ beber Sholahudin.

Pada ajang pemilihan Ketua GP Ansor Kabupaten Rembang melalui Konferensi Cabang kali ini, ketua yang lama, M. Hanies Cholil Barro’, tidak maju lagi. Gus Hanies, demikian sapaan akrabnya adalah salah satu putera Alm. Kiai Cholil Bisri sekaligus adik Ketua Umum GP Ansor, Yaqut Kholil Qoumas.

Saat pengambilan formulir pendaftaran calon ketua, kebetulan baru 1 orang yang mengambil, yakni Muhammad Nadhif Sidqi, yang selama ini dibesarkan di lingkungan pondok pesantren An-Nawawiyah Tasikagung, Rembang. Muhammad Nadhif Sidqi akhirnya terpilih secara aklamasi sebagai Ketua GP Ansor Kabupaten Rembang periode 2019 – 2023. Setelah itu dilanjutkan pembentukan tim formatur, guna menyusun kepengurusan. (Musyafa Musa).

News Reporter

Tinggalkan Balasan