Sarang – Kediaman Kyai Maimoen Zubair di Desa Karangamangu, Kecamatan Sarang, Kabupaten Rembang, sejak Selasa pagi (06 Agustus 2019) dipenuhi ribuan pelayat. Mereka tak kuasa menahan tangis, setelah Kyai Maimoen Zubair wafat di tanah suci Mekkah, saat menunaikan ibadah haji.
Pelayat yang datang mulai santri, warga, ulama hingga para pejabat. Salah satu putera Kiai Maimoen Zubair, yang juga Ketua DPRD Rembang, Majid Kamil mengaku mendapatkan firasat mimpi disuruh untuk menyusul ke Mekkah. Sampai pada akhirnya, pihak keluarga menerima kabar Kyai Maimoen wafat di tanah suci.
“Paspor sudah siap, seakan-akan sudah ada yang bantu, pemerintah menyiapkan paspor saya. Semula saya nggak ada niat berangkat ke sana, “ ujarnya.
Majid Kamil membenarkan Kiai Maimoen Zubair sudah lama sakit. Bahkan setiap hari meminum obat dari dokter, dengan jumlah cukup banyak. Saat di bandara sebelum berangkat ke Mekkah, ia ikut membopong ayahnya.
“Penyakit semuanya itu sudah ada lama. Abah minum obat seperti kayak makan nasi, “ imbuh Gus Kamil.
Keberadaan Kiai Maimoen Zubair naik haji, menurut Majid Kamil, menggunakan visa furoda yang dikeluarkan resmi oleh Kementerian Haji Dan Umrah Arab Saudi. Visa Furoda diberikan sebagai bentuk penghormatan kepada orang tertentu, agar tidak perlu mengantre beribadah haji.
Selama 30 tahun terakhir, Kiai Maimoen rutin berhaji. Kecuali saat kejadian crane ambruk dan tahun 2018 lalu, memilih tidak berangkat.
“Kalau ada orang kadang-kadang berpikiran Mbah Maimoen itu gimana, sudah Kyai kok haji terus. Yang jelas Mbah Maimoen nggak pernah makai visanya orang haji, Mbah Maimoen beli sendiri pakai visa furoda, nggak ada pelanggaran sama sekali, “ terangnya.
Kiai Maimoen Zubair yang meninggal dunia pada usia mendekati 91 tahun, dimakamkan di kawasan Ma’la, sekira 1 kilo meter sebelah utara Masjidil Haram. Majid Kamil menambahkan semasa hidup, Kiai Maimoen ingin meninggal dunia di Mekkah. Mbah Moen (panggilan akrab Kiai Maimoen-Red) menghembuskan nafas terakhir pada hari Selasa. Kebetulan dengan waktu meninggalnya sang ayahanda Kyai Zubair dan kakeknya, Kyai Dahlan, harinya juga sama-sama Selasa.
“Kalau dari keluarga nggak ada yang diwasiati harus dimakamkan di Mekkah. Namun menurut kesaksian beberapa orang, abah ingin meninggal dunia di sana. Sekarang saat Mbah Moen berhaji, ada keponakan dan santri yang ikut mendampingi, “ pungkasnya. (Musyafa Musa).