Rembang – Tiap ada pertunjukan dangdut, sering kali menjumpai seorang pria atraktif bergoyang, meski hanya seorang diri sekalipun. Penampilannya yang nyentrik, dengan mudah menyedot perhatian banyak orang. Meski heboh berjoget, namun pria kurus kecil ini tidak melupakan pekerjaannya sebagai penjual ikan keliling. Enjoy menikmati hidup dan semangat bekerja, mungkin dari sisi itu bisa anda tiru.
Yah..begitulah sekilas cerita tentang sosok yang sering dipanggil dengan nama beken Alex. Pria berusia 48 tahun tersebut, sejatinya memiliki nama asli Suyono. Ia berasal dari Solo, namun sempat memiliki isteri warga Dusun Setro, Desa Sendangagung, Kecamatan Kaliori. Namun sekarang Suyono “Alex” pindah domisili, menumpang ke rumah kerabatnya di Tawangsari, Kelurahan Leteh, Rembang.
Suyono “Alex” mengaku berjualan ikan hias keliling dari pukul 07.30 Wib sampai malam hari. Tidak hanya menyasar sekolah, dengan menggunakan sepeda onthelnya, ia juga biasa memanfaatkan momentum tontonan, saat ada orang punya kerja di berbagai desa. Penampilan uniknya, menurut Alex sebatas ingin tampil beda.
“Pakai topi ikat khas Bali seperti ini, saya tempeli pin banyak sekali. Kemudian sarung tangan lengkap, kaos lengan panjang, bersepatu. Penampilan dadakan, biar nggak ada orang ngembari, “ ujarnya sambil terkekeh.
Suyono menambahkan kegemarannya berjoget, terutama tiap mendengar musik dangdut, membuat sebagian orang menganggapnya kurang waras. Padahal sama sekali tidak pernah punya riwayat gangguan kejiwaan. Ia menegaskan goyang dan joget adalah bagian hobi.
“Semula ya nggak seperti ini, tapi kok belakangan seneng bergoyang. Begitu ada musik dangdut, ya nggak kuat nahan. Banyak orang kenalan saya heran kok. Dulu nggak gitu, kok sekarang gini. Bener, saya nggak kesurupan, ya nggak ketemplekan. Semua karena seneng saja, yang penting tidak merugikan orang lain, “ urai Alex memakai bahasa Jawa.
Pria yang sudah punya dua anak ini mengungkapkan pekerjaannya sebagai penjual ikan hias keliling, tak selalu mendatangkan penghasilan tetap. Ada kalanya, dagangan tidak laku sama sekali. Meski demikian, baginya hidup harus terus berjalan. Dinikmati saja dengan senang hati, tanpa merasa berat terbebani. (Musyafa Musa).