Muncul Kekhawatiran, Satgas Pangan Dikerahkan
Bupati dan Wakil Bupati Rembang memantau harga kebutuhan pokok di Pasar Rembang, Senin (27/05).
Bupati dan Wakil Bupati Rembang memantau harga kebutuhan pokok di Pasar Rembang, Senin (27/05).

Rembang – Tim satuan Tugas (Satgas) Pangan Kabupaten Rembang menggencarkan  pantauan pasar-pasar tradisional, menjelang Hari Raya Idul Fitri. Hal itu dilakukan, karena potensi kerawanan adanya penimbunan barang, untuk mengeruk keuntungan.

Bupati Rembang, Abdul Hafidz menyampaikan hal itu, seusai memantau harga kebutuhan pokok di Pasar Kota Rembang, hari Senin (27 Mei 2019). Menurutnya, Tim Satgas Pangan sudah mulai bergerak turun ke lapangan. Maka ia berharap jangan ada yang coba-coba menimbun, memanfaatkan situasi menjelang hari besar keagamaan. Sejauh ini, Pemkab belum menemukan kelangkaan barang.

Berdasarkan hasil pantauan, mayoritas harga komoditas kebutuhan pokok relatif cukup stabil. Hanya cabai merah yang melonjak naik, dari semula Rp 20 ribu, kini menjadi Rp 27-28 ribu per kilo gram.

“Satgas Pangan ada pak polisi, pak tentara sama dinas terkait sudah monitor terus ini. Gudang-gudang perlu dioperasi, jika memang ada kelangkaan. Tapi saya pastikan hari ini, stok Sembako menghadapi hari raya Idul Fitri sangat cukup. Dari sisi harga juga stabil, bahkan harga telur turun Rp 2 ribu per Kg, “ ungkapnya.

Selain memantau stok, jajarannya juga giat mencermati merebaknya bahan-bahan makanan kadaluwarsa yang dijual kepada konsumen. Ternyata, ada beberapa komoditas yang ditemukan menggunakan bahan berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia. Diantaranya kerupuk memakai pewarna tekstil, kemudian mie basah mengandung borax.

“Pewarna tekstil itu kan bisa berdampak buruk terhadap ginjal. Mie basah ditemukan mengandung borax. Kemarin ditemukan, tapi kami pastikan untuk diatasi dan pedagangnya dikasih peringatan, jangan menjual seperti itu lagi, “ kata Hafidz.

Hafidz selanjutnya memerintahkan kepada instansi Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi Dan UMKM Kabupaten Rembang, untuk terus mengintensifkan pantauan pasar, karena masa-masa kritis kemungkinan gejolak harga bisa terjadi sampai H-1 sebelum Lebaran. (Musyafa Musa).

News Reporter

Tinggalkan Balasan