Langka, Yukk Kita Mengenal Ahli Ilmu Falak Di Kab. Rembang. Siapa Dia?
Zaenal Abidin, ahli ilmu falak di Kabupaten Rembang.
Zaenal Abidin, ahli ilmu falak di Kabupaten Rembang.

Pamotan – Pria yang satu ini dianggap sebagai tokoh ilmu falak di Kabupaten Rembang. Ilmu falak adalah sebuah ilmu yang sangat penting dalam dunia Islam, karena mempelajari tentang lintasan benda-benda langit, khususnya bumi, bulan dan matahari. Masyarakat pada umumnya menilai ilmu semacam ini sulit dipelajari. Apakah benar seperti itu ? Jelajah Islam akan membedahnya.

Berbicara mengenai ilmu falak di Kabupaten Rembang, perhatian kami langsung tertuju kepada Zaenal Abidin, seorang ulama yang tinggal di Desa Mlagen, Kecamatan Pamotan. Beliau sudah puluhan tahun menggeluti ilmu falak, bahkan termasuk sesepuh di Badan Hisab Dan Rukyat (BHR) Kabupaten Rembang.

Zaenal Abidin mengisahkan kebetulan dirinya asli Senori, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Ia kali pertama mengenal ilmu falak, dari Pondok Pesantren Senori, Tuban sekira tahun 1979 silam. Setelah itu didalami dari Pondok Pesantren Kajen, Kabupaten Pati.

Keterlibatannya dalam lembaga Badan Hisab Dan Rukyat juga tidak sengaja. Semula mewakili pondok pesantren ikut pertemuan, kemudian menghadiri acara orientasi yang membahas masalah falak. Lama kelamaan menjadi semakin tertarik. Pada era tahun ’90 an, ia masuk BHR Kabupaten Rembang, yang kala itu masih berada di bawah naungan Pengadilan Agama, sedangkan sekarang BHR beralih di bawah institusi Kementerian Agama.

“Kalau ilmu yang saya peroleh, murni dari pondok pesantren. Setelah itu saya masuk BHR, ya sering dilibatkan saat kegiatan halaqah orientasi. Alhamdulilah sampai sekarang, “ ujarnya.

Menurut Zaenal Abidin, ilmu falak mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Namun umat Islam mengambilnya sebagian kecil saja, semisal untuk keperluan menentukan awal bulan suci Ramadhan, awal bulan Syawal atau Hari Raya Idul Fitri maupun menghitung datangnya waktu sholat lima waktu. Tanpa ilmu falak, umat tidak mungkin ketika akan sholat, mengamati dulu pergerakan matahari. Dengan ilmu falak, pergerakan matahari bisa dihitung, sehingga mulainya sholat 5 waktu dapat ditentukan secara rinci jam maupun menitnya.

“Kalau kembali ke fiqih asli, sholat ditandai dengan peredaran matahari. bayangkan jika harus memantau matahari terbenam misalnya. Apalagi kalau Subuh, malah kesulitan. Termasuk kemiringan arah qiblat, juga menggunakan ilmu ini. Makanya dengan ilmu falak, bisa menentukan dengan tepat, “ beber Zaenal.

Kalau dulu, banyak yang menganggap ilmu falak sulit. Namun sekarang seiring dengan perkembangan tekhnologi, didukung peralatan komputer dan teropong yang canggih, akan mampu memudahkan.

Anak-anak muda sekarang juga mulai banyak yang tertarik mempelajari ilmu falak. Apalagi pemerintah menjembatani melalui pembukaan jurusan ilmu falak di sejumlah perguruan tinggi negeri, sehingga tidak akan susah meregenerasi ahli-ahli falak di Indonesia pada masa mendatang.

“Di UIN Walisongo Semarang sudah ada jurusan ilmu falak. Tapi kalau pun santri di pondok pesantren mau belajar juga bisa, karena ilmu falak sebenarnya dianggap ilmu biasa kok, “ tandasnya.

Belajar ilmu falak erat kaitannya dengan hisab atau menghitung. Yang dihitung adalah ijtima’ dan posisi hilal setiap awal bulan baru qomariah. Di Indonesia umumnya menganut hisab haqiqiy, yakni sistem perhitungan awal dan akhir bulan Qomariah berdasarkan peredaran bulan dan bumi yang sebenarnya. Hisab haqiqiy itu pun terbagi lagi dalam tiga kategori. Semua memakai rumus dan tabel-tabel penghitungan. Hanya tekhnis penghitungan saja yang membedakan.

Menurut Zaenal Abidin sekilas memang terlihat rumit, tapi kalau tahu ilmunya maka akan mudah. Menjadi mudah lagi, lantaran pegiat ilmu falak terpompa semangat, mengingat ilmu tersebut bermanfaat untuk menunjang ibadah umat Islam. (Musyafa Musa).

News Reporter

Tinggalkan Balasan