Sedan – Jelajah Islam kali ini mengunjungi Pondok Pesantren Al Furqon di Desa Sedan, Kecamatan Sedan. Pondok pesantren yang berdiri sejak tahun 1995 ini, dikenal sebagai pencetak penghafal Al-Qur’an.
Baru beberapa langkah menginjakkan kaki di halaman Pondok Pesantren Al Furqon, langsung disambut suara sayup-sayup belasan santri sedang membaca kitab suci Al-Qur’an, dari dalam Mushola. Usai rutinitas mengaji, saya ditemui pengasuh pondok pesantren, KH. Sulaeman.
Kiai Sulaeman menuturkan ada beberapa tahap yang mesti dijalankan, untuk menjadi penghafal Al-Qur’an. Metode kali pertama fokus pada pembelajaran tajwid, kemudian dilanjutkan latihan membaca Alfatihah dan surat-surat pendek. Setelah itu, santri harus membaca Al-Qur’an dari Juz 1 sampai dengan 30. Apabila sudah lancar dan benar tajwidnya, baru memulai tahap menghafal ayat demi ayat.
Menurutnya dalam menghafal, setiap santri mempunyai kemampuan berbeda-beda. Ada seorang santriwati yang menimba ilmu di pondoknya, sanggup menghafalkan Al-qur’an dalam tempo waktu 6 bulan. Padahal untuk mampu menghafal 30 Juz dengan kondisi lancar, rata-rata membutuhkan waktu sekira 3 tahun.
“Jadi ada yang bakat, ada pula yang nggak bakat. Ibaratnya yang bakat, nggak dikasih contoh saja sudah jadi. Kalau cerdas, satu ayat dibaca 5-9 kali, kemungkinan langsung hafal. Bagi yang nggak cerdas, satu ayat 30 kali dibaca baru hafal. Kemarin yang dari Wonogiri itu hanya butuh waktu 6 bulan, sudah dewasa anaknya. Kemudian dari Semarang 8 bulan hafal 30 Juz, “ bebernya.
Di lingkungan keluarga Kiai Sulaeman sendiri, 4 orang anaknya telah mampu menghafalkan Al-Qur’an. Bahkan ada yang menjadi juara Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) tingkat nasional.
“Alhamdulilah anak saya yang pertama bisa menghafal Al-Qur’an saat usianya 8 tahun, sedangkan anak kedua ketika usianya 6 tahun, “ imbuhnya.
Soal kendala ketika membimbing santri menghafalkan Al-Qur’an adalah penyakit malas. Ia selalu mengingatkan jika ingin hafal, jangan mengenal waktu. Pagi, siang maupun malam, waktu selalu diisi dengan membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an. Selain besarnya pahala yang dijanjikan Allah SWT, dengan membaca Al-Qur’an akan mendatangkan banyak manfaat dari sisi ketentraman jiwa.
“Membaca Al-Qur’an satu huruf saja sama dengan berbuat 10 kebaikan. Artinya kalau mau menjaga Al-Qur’an, maka Allah SWT juga akan menjaga anda. Ini bukannya sombong ya, bagi penghafal Al-Qur’an dan lancar, nggak minta saja sudah disiapkan Allah. Di sini memang khusus untuk menghafal. Kalau mau mendalami makna ayat, ada pondok pesantren lain, “ kata KH. Sulaeman.
Seorang santri di Pondok Pesantren Al Furqon Sedan, Muhammad Aufal Marom mengaku dalam menghafal tergantung panjang pendeknya ayat, maupun tingkat kesulitan. Tapi kalau serius dan tekun, waktu 1 jam, biasanya dapat menghafal 1 halaman. Santri asal Todanan, Kabupaten Blora ini sebatas berharap ilmu yang diperoleh dari pondok pesantren kelak dapat bermanfaat.
“Kalau ayatnya susah, ya lama mas. Tapi kalau ayatnya mudah, insyaallah cepat. Ilmu dari sini, harapan saya dapat bermanfaat bagi diri sendiri, orang tua, maupun orang lain, lebih-lebih untuk bangsa dan negara, “ ungkap Aufal Marom.
Aufal Marom menambahkan selalu ingat nasehat dari gurunya, Kiai Sulaeman. Ketika anak mulai menginjak usia 5 tahun, sebisa mungkin diajarkan Surat Al Fatihah. Pahalanya akan langsung mengalir ke orang tua anak tersebut.
Selain itu, ketika belajar membaca dan menghafal Al-Qur’an, ada pedoman “Satu Kitab, Satu Guru Dan Satu Atap”. Artinya, manakala muncul kendala, jangan buru-buru pindah ke tempat lain. Sabar, kemauan kuat, dan dibarengi ikhtiar merupakan kunci utama. (Musyafa Musa).