

Lasem – Banjir besar merendam akses jalur Pantura Semarang – Surabaya, tepatnya di wilayah Lasem, Rabu dini hari (01/05). Banjir menggenangi jalan sepanjang 100 Meter, dari depan Kantor Kecamatan Lasem ke utara.
Ridwan, seorang warga Desa Ngemplak Kecamatan Lasem mengatakan banjir terjadi setelah turun hujan deras selama tiga jam lebih. Kiriman air dari atas Gunung Lasem menggelontor. Air kemudian melimpas ke tengah jalur Pantura, lantaran selokan tidak mampu menampung derasnya air. Banyaknya tumpukan sampah yang menghambat saluran semakin memperparah bencana banjir.
Ia bersama sejumlah rekannya turun ke jalan membantu warga yang melintas, supaya tidak terperosok. Ridwan menambahkan belasan pengendara sepeda motor yang nekat menerjang banjir, kendaraannya mogok. Lalu lintas pun menjadi tersendat.
“Tadi kita hilir mudik dorong motor maupun mobil. Banyak yang macet mas. Rekan saya bawa lampu, sambil menunjukkan titik-titik mana yang sebaiknya jangan dilewati, karena ada lubang. Takut kalau terperosok dan terseret banjir. Arusnya sangat deras soalnya, “ kata Ridwan.
Banjir tidak hanya menggenangi jalan nasional, tetapi juga merendam rumah-rumah warga di pinggir jalur Pantura. Lisa, salah satu korban banjir di pinggir jalur Pantura mengaku sempat tidur pulas ketika hujan deras. Ia kaget begitu menyadari rumahnya sudah dipenuhi air setinggi lutut orang dewasa. Menurut Lisa, banjir di daerah Ngemplak dan sekitarnya hampir terjadi setiap tahun, ketika curah hujan tinggi.
“Kaget juga sich, bangun tidur tahu-tahu sudah begini. Daerah sini memang sudah langganan. Sekarang termasuk yang lumayan parah. Tadi barang-barang elektronik sama kasur sudah saya naikkan, biar nggak kebanjiran. Mohon sama pemerintah selokan-selokan bisa diperbesar, biar mengurangi dampak banjir, “ ujarnya.
Pantauan Rabu pukul 06.00 pagi, banjir sudah surut. Masyarakat disibukkan dengan aktivitas membersihkan lumpur sisa banjir. Mereka tetap mewaspadai kemungkinan banjir susulan, meski sebelumnya ramalan BMKG menyebutkan wilayah Kabupaten Rembang akan memasuki musim kemarau mulai bulan Mei. (Musyafa Musa).