Lasem – Pelajar gemar membaca, mungkin sudah hal biasa. Tapi bagaimana jadinya jika seorang tukang bangunan kecanduan membaca? Setiap hari ia rutin membaca buku, sehingga sudah melahap isi puluhan buku.
Yah..Begitulah sekilas kisah Slamet, seorang tukang bangunan warga Desa Ngemplak, Kecamatan Lasem. Pria berusia sekira 44 an tahun tersebut menjadikan perpustakaan di Masjid Jami’ Lasem sebagai andalan menimba ilmu secara autodidak.
Slamet bercerita hobi membaca sebenarnya sudah ia jalani sejak masih muda. Namun setelah tidak lagi sekolah, aktivitas tersebut sempat lama terlupakan. Hasratnya kembali menyala, ketika 1,5 tahun lalu singgah ke perpustakaan Masjid Jami’ Lasem, bisa menemukan berbagai macam buku yang membuatnya penasaran.
Karena kalau siang ia harus bekerja menjadi tukang bangunan, waktu membaca buku biasa dilakukan pada malam hari menjelang tidur.
“Satu buku saya baca, habis itu pinjam lagi. Lama – lama kok ketagihan. Kebetulan pengelola Perpustakaan Masjid Jami’ Lasem memberikan kelonggaran untuk pinjem buku. Yang penting saya kembalikan tepat waktu, “ ujarnya.
Slamet menambahkan buku – buku yang jadi santapannya, seperti Ensiklopedia Islam, kisah sahabat nabi, fiqih dan tafsir Alqur’an. Dalam jangka waktu seminggu, rata – rata 1 buku selesai dibaca. Tujuannya satu, demi menambah ilmu.
“Sudah banyak buku yang saya baca. Macem – macem jenisnya, tapi umumnya berkaitan dengan perkembangan agama Islam. Setiap hari rutin, karena meski saya nggak bisa sekolah tinggi, paling tidak dapat tambahan wawasan dari buku, “ imbuhnya.
Pengelola perpustakaan Masjid Jami’ Lasem, Abdullah Hamid mengungkapkan tiap tahun pihaknya mendata pengunjung perpustakaan, sekaligus menetapkan pembaca teladan. Periode tahun ini, Slamet masuk kriteria sebagai pembaca teladan.
“Latar belakang pembaca teladan sangat beragam. Tahun 2016 lalu misalnya ada penjaga toko minyak wangi, nah kali ini kegigihan membaca Slamet, sang tukang bangunan patut menjadi insipirasi bagi orang lain. Kuncinya, membaca nggak memandang berapa umurnya dan apa pekerjaannya, “ tandasnya. (Musyafa Musa).