

Rembang – Tahun Baru Imlek bagi masyarakat Tionghoa dianggap sebagai perayaan penting, karena dibalik itu memiliki filosofi mendalam.
Ada sejumlah tradisi rutin yang dilakukan oleh sebagian besar warga Tionghoa tiap pergantian tahun baru China. Stefanus Hendri misalnya. Warga Tionghoa yang tinggal di Jl. Kartini, Rembang ini mengungkapkan pada malam menuju pergantian tahun, keluarganya menghabiskan waktu berkumpul bersama.
Setelah makan malam bareng, kemudian dilanjutkan begadang sambil asyik mengobrol, menunggu detik – detik pergantian tahun. Di sela – sela itu, mereka biasanya saling bermaaf – maafan dan saling mendo’akan.
“Intinya tradisi silaturahmi dengan keluarga, kita minta do’a restu orang tua agar mendapatkan kelancaran rezeki, panjang umur dan kesehatan. Pas ngumpul, kita nggak tidur sampai jam 12 malam, menunggu pergantian tahun, “ ungkapnya.
Hendri menambahkan ketika memasuki Hari Imlek, anak – anak pada pagi hari melakukan sungkeman dengan orang tua, sebagai bentuk bhakti anak. Selain itu, tradisi yang masih berjalan sampai saat ini, budaya makan mie pada Tahun Baru Imlek. Menurutnya, mie merupakan perlambang panjang umur dan panjang rezeki.
“Pagi hari pas Imlek kita selalu bangun pagi. Orang tua, anak – anak semua sudah rapi, kita sungkem sama orang tua. Sebenarnya budaya di Indonesia sama Tionghoa sama, cuman beda hari dan tanggal saja. Lhah habis itu, kita diwajibkan makan mie, “ imbuh Hendri.
Sementara itu, perayaan Imlek di Lasem, Kabupaten Rembang tahun ini berlangsung sederhana. Tidak seperti tahun sebelumnya yang tergolong cukup semarak. Perayaan hanya diisi dengan hiburan organ tunggal, kemudian kegiatan sembhayang dipusatkan di klentheng Tjoe An Kiong Desa Bagan, Kecamatan Lasem, sebelah utara bangunan Lawang Ombo. (Musyafa Musa).