Sarang – Presiden RI, Joko Widodo, Jum’at petang (01 Februari 2019) berkunjung ke Pondok Pesantren Al Anwar Desa Karangmangu, Kecamatan Sarang, Kabupaten Rembang. Jokowi sempat mengklarifikasi sejumlah isyu yang menyudutkannya. Mulai dari masalah PKI, hingga tuduhan anti ulama.
Presiden Joko Widodo datang ke Pondok Pesantren Al Anwar, untuk menghadiri kegiatan Sarang Berdzikir. Presiden yang ditemani isterinya, disambut oleh pengasuh pondok pesantren, sekaligus Ketua Majelis Syariah Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Kiai Maimoen Zubair.
Dalam sambutannya, Kiai Maimoen Zubair menyiratkan akan memilih Jokowi dalam Pemilu Presiden bulan April mendatang. Tapi ia tidak bermaksud mengajak, karena setiap warga mempunyai kebebasan untuk memilih. Baginya, Pemilu harus tetap membawa kedamaian bagi Indonesia.
“Banyak orang menunggu saya milih siapa, ya yang paling dekat ini. Jadi tidak mengajak, mempunyai kebebasan masing – masing. Tapi saya yang dekat saya pada malam ini. Yang saya ucapkan ini menjadi pilihan pribadi, siapa yang jadi wallahualam, entah jadi entah tidak, muda – mudahan Pemilu damai, “ ujar kiai yang akrab disapa Mbah Moen ini.
Dalam kesempatan tersebut, Presiden Jokowi mengimbau masyarakat menghentikan ujaran kebencian yang marak di media sosial, menjelang Pemilu.
Jokowi kemudian menjawab 3 isyu yang memojokkan dirinya. Pertama terkait isyu ia PKI, menurutnya peristiwa PKI terjadi tahun 1965, dirinya masih balita berumur 4 tahun.
“Selama ini saya diem saja, sabar, sabar ya Allah paling gitu aja. Tapi kadang – kadang kan perlu menjawab. Masak 4 tahun dibilang PKI, saya diem, ya saya jawab. Mengenai PKI, saya lahir tahun 1961, nggak ada PKI balita, “ ujarnya.
Kemudian isyu anti ulama, Jokowi menangkalnya dengan alasan tidak mungkin, karena hampir setiap hari datang ke pondok pesantren dan dirinya pula yang mengesahkan Hari Santri tiap tanggal 22 Oktober.
“Masak anti ulama, tanda tangan Perpres Hari Santri. Logikanya itu harus dipakai, kalau Cak Lontong itu bilang, mikir, mikir. Logikanya gampang – gampang saja. Saya jawabnya juga enteng – enteng saja. Bukan marah lho ini, njawab, “ beber Jokowi.
Jokowi juga membantah melakukan kriminalisasi terhadap ulama, karena menurutnya murni kasus hukum.
“Ulama mana yang dikriminalisasi. Kalau kriminalisasi itu tidak ada kasus hukum, kemudian dimasukkan ke sel, lha itu namanya kriminalisasi. Kalau ada masalah hukum, ada yang melaporkan, aparat melakukan penyidikan dan dibawa ke Pengadilan. Yang mutus kan pengadilan, kalau nggak salah kan bebas, “ tandasnya.
Dampak dari kunjungan Presiden Joko Widodo ini, kemacetan sepanjang hampir 20 kilo meter terjadi di jalur Pantura antara perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Setelah mobil Presiden beserta rombongan yang sempat terparkir di tengah jalur Pantura depan pintu gerbang pondok pesantren meninggalkan lokasi menuju Surabaya, berangsur – angsur antrean kendaraan mulai terurai. (Musyafa Musa).