

Kaliori – Seni tradisional emprak (mirip pertunjukan lenong) di Desa Kuangsan, Kecamatan Kaliori hingga kini masih eksis mewarnai dunia hiburan rakyat. Lalu kira – kira siapa pemain emprak termuda dan tertua ?
Nah..ketika bicara tertua, sosok Karsadi menjadi jawabannya. Pria warga Desa Kuangsan ini mengaku berusia 70 tahun lebih. Ia menceritakan sehari – hari bekerja sebagai petani. Dari pagi sampai siang, waktunya banyak dihabiskan di sawah. Namun karena jadwal manggung emprak rata – rata berlangsung pada malam hari, sehingga tidak terlalu menyulitkan membagi waktu. Karsadi sudah cukup lama bergabung dalam seni emprak, bahkan sampai lupa menyebutkan berapa tahun. Sekali main, bayarannya tidak menentu. Paling sedikit Rp 100 ribu.
“Kalau bayaran kan tergantung murah mahalnya nilai pentas. Beda – beda soalnya. Ada 30 an orang pemain di group ini, ya dibagi – bagi sepantasnya. Ditanya kuat apa nggak main emprak, ya masih kuat. Penginnya terus main, sampai tenaga saya nggak kuat lagi, “ kata Karsadi menggunakan bahasa Jawa.
Kalau Karsadi masuk deretan pemain emprak tertua, Sulistiani layak menyandang pemain emprak termuda. Usianya baru 12 tahun dan sekarang menginjak kelas I bangku SMP.
Kepala Desa Kuangsan Kecamatan Kaliori, Tarmuji mengakui regenerasi pemain emprak masih berjalan baik, karena dipelopori oleh pimpinan emprak sendiri. Ia juga berharap seni warisan leluhur tersebut jangan sampai mati, karena menjadi ikon khas bagi Desa Kuangsan. Bahkan pihak desa berharap suatu saat nanti bisa membangun sanggar seni emprak di Desa Kuangsan.
“Kita tiap kali tradisi Syuronan kan ya ada pentas emprak, kemudian dibikin videonya, dishare kemana – mana. Kebetulan ada dua group di kampung kami. Insyaallah kalau soal pengkaderan, nggak ada masalah. Anak – anak muda masih ada yang mau gabung kok, “ terang Kades.
Tarmuji berharap dukungan konkret dari Pemerintah Kabupaten maupun Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Ia ingin dalam event – event kegiatan pemerintahan, seni emprak dapat ditampilkan.
“Entah pas ada Hari Jadi atau kegiatan apalah, emprak dapat ditampilkan. Mungkin perusahaan – perusahaan swasta kalau ada gawe, monggo group emprak dipanggil. Ini jadi cara tetap menghidupkan emprak, biar generasi sekarang turut mengenal. Kalau nggak kita orang Rembang, siapa lagi, “ pungkasnya. (Musyafa Musa).