Sarang – Di setiap aktivitas Kiai Maimoen Zubair, ulama kharismatik dari Desa Karangmangu, Kecamatan Sarang, Kabupaten Rembang, sering nampak di sampingnya ada sosok seorang pria muda yang selalu setia mendampingi. Nah..kami akan mengangkat profil pengawal atau semacam asisten pribadi beliau. Siapakah dia dan ada cerita menarik apa selama mendampingi Kiai Maimoen Zubair ?
Namanya Ahmad Asrof atau biasa dipanggil Mas Arof. Pria asli Desa Bringin, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan ini sudah 4 tahun terakhir mendampingi Kiai Maimoen Zubair, dalam berbagai kegiatan. Tidak hanya di lingkungan Pondok Pesantren Al-Anwar yang diasuh sang kiai, tetapi juga saat aktivitas ke luar daerah atau bahkan mancanegara.
Ahmad Asrof mengaku sudah mondok di Al Anwar selama 12 tahun lebih atau tepatnya sejak tahun 2006 silam. Ia seperti santri – santri lain pada umumnya, mengaji kitab pada pagi dan sore hari. Setelah mengaji, biasanya banyak tamu yang menemui Kiai Maimoen Zubair. Di saat seperti itu, santri selalu ingin berhikmah, dengan cara menyajikan makanan maupun minuman. Kemungkinan simbah Kiai Maimoen sering melihatnya, hingga akhirnya ia dipanggil dan diminta untuk mendampingi beliau.
“Ya awalnya biasa sebagai santri ingin berbakti, tiap ada tamu saya bantu menyuguhkan jamuan makanan dan minuman. Kemungkinan beliau simbah Maimoen sering melihat. Saya dipanggil oleh beliau dan sejak saat itu mendampingi Mbah Maimoen. Sudah 4 tahun berjalan ini, paling jauh pernah mendampingi ke Malaysia dan Singapura, “ kenang Mas Arof.
Asrof merasa bangga dan bersyukur diantara ribuan santri yang menimba ilmu di Pondok Pesantren, dirinya terpilih mendampingi Kiai Maimoen Zubair. Paling tidak ia bisa ikut sedikit ambil bagian dalam perjuangan Mbah Moen, untuk agama dan bangsa.
“Saat ini usia beliau 90 tahun untuk masehi, sedangkan hijriyahnya memasuki 93. Sebagai murid saya senang sekali diperintah atau dipilih mengawal beliau, melaksanakan kewajiban dan perjuangan untuk agama dan bangsa ini, “ bebernya.
Ditanya apa pengalaman yang paling berkesan ? pria berusia 30 tahun ini mengisahkan banyak sekali. Pernah suatu hari mengawal Kiai Maimoen Zubair, menghadiri pengajian di sebuah daerah yang jaraknya lumayan jauh. Saat akan makan siang, singgah ke restoran. Seperti biasa, ia mengecek terlebih dahulu menu – menu makanan. Ternyata menurutnya kurang cocok dengan Kiai Maimoen. Begitu akan pindah rumah makan, tiba – tiba Mbah Moen berbisik ingin tetap makan di tempat itu saja, supaya tidak mengecewakan pemiliknya. Dari peristiwa tersebut, Asrof menyimpulkan jangan mudah mengecewakan orang lain, meski tidak kenal sekalipun.
“Waktu itu saya tanya – tanya sama yang mengelola rumah makan, menunya nggak cocok sama beliau. Saya putuskan mau pindah, tapi Mbah Moen berbisik ke saya, bilang gini kuwi mono dulurmu, ojo mbok gelakno. Dari situ saya mikir, nggak kenal sama yang punya restoran tetap dianggap sebagai saudara. Masyaallah, hati saya sempat trenyuh, “ imbuh Asrof.
Ahmad Asrof berdo’a semoga Kiai Maimoen Zubair tetap sehat dan berumur panjang, sehingga anak – anaknya masih punya kesempatan menimba ilmu dari salah satu tokoh kiai Nahdlatul Ulama tersebut.
“Mohon yang mendengar siaran atau membaca berita ini, sudi turut mendo’akan Kiai Maimoen Zubair diberi kesehatan dan berumur panjang, “ pungkasnya. (Musyafa Musa).
Alfaatihah….
smoga sehat sllu pnjg umur…
Aamiin aamiin ya rabbal aalamiin, semoga istiqamah terus Mbah Yai..
ALFATIHAH
Aamiin ya robbalalamiin..semoga beliau di berikan umur panjang