Rembang – Bupati Rembang, Abdul Hafidz menyentil budaya konsumtif yang menghinggapi kebanyakan petani tembakau, menyusul kesuksesan hasil panen belakangan ini.
Abdul Hafidz mengaku mendapatkan informasi kurang mengenakkan, dibalik keberhasilan tersebut. Ada petani yang mendapatkan penghasilan hingga Rp 300 Juta, langsung dibelikan mobil. Tapi tidak memikirkan simpanan untuk biaya pengolahan lahan pada masa mendatang. Akibatnya, saat memasuki waktu menebus pupuk, justru kebingungan.
“Tembakau sukses, iya memang. Tapi dibalik itu muncul pertanyaan, apakah mampu menyisihkan sebagian dana untuk mengolah lahan berikutnya. Saya titip pesan sama pak Kepala Desa, agar bisa disampaikan kepada masyarakatnya yang petani tembakau, sisakanlah untuk nebus pupuk, “ beber Bupati.
Abdul Hafidz menegaskan tak bermaksud melarang warganya membeli barang, begitu meraup pendapatan besar. Tetapi harus mampu mengatur dengan baik, sehingga uang yang diterima jangan langsung dihambur – hamburkan. Apalagi untuk keperluan menebus pupuk, biasanya waktu sudah ditentukan. Jika tak kunjung diambil, distributor akan menjual pupuk kepada pihak lain. Jangan sampai ketika petani kesulitan mendapatkan pupuk, lagi – lagi Bupati yang disalahkan.
“Wayahe nebus pupuk, gak ada duwite, jenengan ngamuk. Mumpung banyak uang, dimanage yang baik. Jangan dihabis – habiskan, mumpung ada dan besok bisa nyari lagi. Nanti kalau susah cari pupuk, Bupati diarani gak iso ngurus pupuk. Kemarin waktu harga tembakau murah saja, Bupati dibawa – bawa, sekarang tembakau mahal, yo blass iku kok. Matur nuwun wae ora, “ kata Hafidz dengan nada bercanda.
Luas lahan tembakau di Kabupaten Rembang pada tahun 2018 ini mencapai 3.500 Hektar atau meningkat 500 an hektar, dibandingkan tahun lalu. Petani yang berminat ingin menanam tembakau dari tahun ke tahun terus meningkat, namun tidak bisa langsung dipenuhi, karena kondisi tanah harus cocok, sesuai syarat yang ditetapkan oleh perusahaan mitra. (Musyafa Musa).