

Rembang – Sangat jarangnya generasi milenial berangan – angan menjadi petani, menuai keprihatinan DPRD Rembang. Lama kelamaan kondisi tersebut cukup berbahaya, karena mengancam program swa sembada pangan.
Ketua Komisi D DPRD Rembang, Henri Purwoko yang membidangi masalah kesejahteraan rakyat mengatakan tiap kali berkunjung ke desa, kecenderungan anak muda enggan menjadi petani, karena dianggap tidak menjanjikan. Ia khawatir Indonesia yang terkenal jadi negara agraris, justru akan menjelma sebagai pengimpor beras terbesar.
Henri berharap pemerintah pusat melakukan intervensi dengan beberapa langkah. Diantaranya, petani perlu mendapatkan kredit lunak sebagaimana pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Selain itu, Badan Urusan Logistik (Bulog) harus berani membeli langsung dari kelompok tani, tanpa ada mata rantai yang terjadi selama ini.
“Buat apa pemerintah gembar – gembor swa sembada pangan, jika petani nggak diperhatikan. Putusnya regenerasi petani sudah di depan mata, karena menganggap jadi petani merugi. Kenapa nggak ada kebijakan kasih suntikan kredit lunak dan Bulog turun tangan. Lha wong Bulog pakai perantara saja masih untung, apalagi kalau langsung beli dari petani, “ ujar Henri.
Henri menambahkan petani sering terjebak hanya pada tanaman padi. Begitu memasuki musim kemarau, kurang pengembangan variasi tanaman. Ia mencontohkan tanaman tembakau beberapa tahun terakhir menjadi komoditas baru di Kabupaten Rembang yang sanggup mendongkrak kesejahteraan petani. Henri mendorong kemungkinan peluang kerja sama untuk tanaman lainnya.
“Beberapa pabrik jamu, mereka kan butuh jahe dalam skala besar, apakah bisa kerja sama dengan petani di Rembang. Tanaman alternatif untuk musim kemarau diperlukan, setidaknya untuk menggugah kaum milenial mau bertani. Apapun petani berjasa buat negara, “ imbuh politisi PPP yang tinggal di Jl. Rembang – Blora ini.
Menyangkut ketersediaan lahan, menurut Henri masih ada puluhan ribu hektar lahan milik Perhutani yang menganggur. Daripada nantinya dikerja samakan dengan perusahaan, ia lebih cocok apabila Perhutani memberdayakan petani setempat untuk menggarap lahan tersebut. (Musyafa Musa).