

Kragan – Banyak pohon sukun di perbukitan Desa Woro, Kecamatan Kragan ditebang pemiliknya, karena dianggap kurang menjanjikan.
Kasrin, seorang warga Dusun Tegalsuruan, Desa Woro mengakui selama ini masyarakat memang lebih mengutamakan tanaman cengkeh, duku dan durian. Sedangkan pohon sukun bersifat tanaman selingan.
Ketika masa puncak panen, buah sukun hanya laku antara Rp 500 – 1.000 per buah. Bahkan sering kali dibiarkan berserakan, tidak bermanfaat atau sebatas untuk konsumsi sendiri. Begitu pohon ditebang, batang kayunya digunakan sebagai bahan membuat papan dan peti buah.
“Ya buah sukun di sini banyak sekali jumlahnya. Kalau mengandalkan hasil penjualan buah, sangat tidak layak. Makanya warga memilih menebang pohonnya. Penjualan kayu lebih menguntungkan, “ tutur Kasrin.
Sementara itu, Ketua Karang Taruna Desa Woro, Kecamatan Kragan, Supriyadi menjelaskan pihaknya berencana mengoptimalkan buah sukun. Salah satunya ingin mengolah sukun menjadi tepung sukun. Tepung kemudian dijadikan bahan olahan makanan, karena sukun sendiri memiliki rasa khas enak. Kalau hal itu berjalan, Supriyadi optimis mampu menopang ekonomi masyarakat.
Maka dirinya berharap pemerintah mengadakan pelatihan, sehingga warga mempunyai keahlian seputar pengolahan buah sukun.
“Pangsa pasar sukun kurang baik, padahal di sini jumlahnya berlimpah. Kita punya ide buat tepung sukun. Butuh pelatihan buat kelompok Karang Taruna atau ibu – ibu PKK. Biar pas musim stok melimpah, nggak terbuang percuma, “ ujar pria berambut gondrong ini.
Supriyadi menambahkan soal ketersediaan lahan, menurutnya tidak masalah. Kebetulan di kampungnya juga terdapat lahan seluas 110 hektar milik sebuah perusahaan, yang bisa dimanfaatkan untuk penanaman pohon. (Musyafa Musa).