Rembang – Pemerintah Kabupaten Rembang mengusulkan bantuan air bersih sebanyak 200 tangki kepada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, setelah dana droping air yang dialokasikan Kabupaten Rembang sebesar Rp 57 Juta, pada awal bulan September lalu sudah habis.
Kepala Seksi Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Rembang, Ahmad “Ayub” Makruf mengatakan belum ada jawaban tertulis dari provinsi. Tapi mereka memberikan lampu hijau akan segera turun tangan.
Ia membenarkan saat ini dampak bencana kekeringan semakin meluas, tercatat ada 64 desa yang dilanda kesulitan air bersih. Sambil menunggu bantuan dari provinsi, pihaknya meminta bantuan dari sejumlah perusahaan.
“Belakangan sudah disalurkan bantuan air dari PD. BPR BKK Lasem sebanyak 110 tangki, dan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) juga menambah 100 tangki lagi, “ tuturnya.
Tidak hanya kalangan perbankan, upaya memberikan bantuan air bersih juga dilakukan oleh Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) di Kecamatan Sumber.
Badan Pengawas UPK Kecamatan Sumber, Gunanto mengungkapkan pada tahap pertama disalurkan air sebanyak 10 tangki. Bantuan tahap berikutnya akan menyusul, karena harus menunggu kesiapan armada kendaraan truk tangki.
“Bantuan air bersih diputuskan melalui musyawarah antar desa. Diambilkan dari dana surplus simpan pinjam perempuan. Nggak hanya bantu warga miskin, dana surplus kita gunakan pula untuk penanganan bencana, termasuk bencana kekeringan ini, “ jelasnya.
Sementara itu di Desa Bonang, Kecamatan Lasem, kesulitan air membuat bak penampungan air wudhlu di sejumlah mushola kosong. Hal itu berdampak terhadap aktivitas ibadah umat.
Nurwakhid, seorang warga desa setempat mengatakan memang ada bantuan air beberapa tangki dari pihak lain di luar desanya. Namun jumlahnya terbatas, sehingga hanya mencukupi untuk keperluan belasan warga. Itupun 1 – 2 hari sudah habis. Masyarakat kemudian mengandalkan air sumur yang ditunggu bergantian sampai larut malam.
“Jadi kalau mau wudhlu di mushola atau masjid belakangan ini kesulitan. Jadi warga kalau mau sholat berjamaah di masjid, ya lebih dulu wudhlu di rumah, “ ungkap Nurwakhid. (Musyafa Musa).