Industri Semen Tanah Air Dikepung Kekuatan Asing, Muncul Harapan Untuk Pemerintah
Gatot Mardiyana, Kepala Departemen Pendukung Operasional PT. Semen Gresik Pabrik Rembang, menyampaikan data pemasaran semen, saat gathering bersama awak media, Selasa (25/09/2018).
Gatot Mardiyana, Kepala Departemen Pendukung Operasional PT. Semen Gresik Pabrik Rembang, menyampaikan data pemasaran semen, saat gathering bersama awak media, Selasa (25/09/2018).

Bandung – Persaingan pemasaran semen di Indonesia semakin ketat dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ini. Meski Semen Indonesia Group sebagai pabrik semen milik pemerintah masih menguasai pangsa pasar 40,8 % pada tahun 2017, namun posisinya terancam oleh sejumlah kekuatan asing.

Gatot Mardiyana, Kepala Departemen Pendukung Operasional PT. Semen Gresik Pabrik Rembang mengungkapkan masalah tersebut, saat kegiatan gathering bersama awak media PWI Kabupaten Rembang di Bandung, Jawa Barat, Selasa malam (25 September 2018).

Gatot membeberkan kapasitas produksi semen Semen Indonesia Group mencapai 31 juta ton per tahun. Sedangkan Lafarge Holcim Group yang terpusat di Swiss memiliki kapasitas produksi 442 juta ton per tahun, kemudian investor pabrik semen asal China, Conch Cement juga mulai ekspansi ke Indonesia. Kekuatan produksi Conch tergolong sangat besar, hingga 440 juta ton. Namun di negara asalnya, sudah mengalami over suplai 250 juta ton. Ancaman seperti ini harus diwaspadai, karena dari tahun ke tahun pangsa pasar Semen Indonesia Group semakin tergerus.

“Holcim sudah lama masuk, kemudian Conch. Conch itu over 250 juta ton di China. Coba bayangkan 100 juta ton saja masuk Indonesia, pabrik semen lainnya akan bangkrut, kukut sudah. Sementara masih tertolong, karena banyak konsumen loyal. Jadi Semen Indonesia Group masih menguasai 40,8 % pasar. Tapi ingat, kita nggak boleh lengah. Kedepan persaingan ini tidak mudah, “ ungkap Gatot.

Gatot menambahkan jumlah pabrik semen di Indonesia semula hanya 9. Seiring bergulirnya waktu, pabrik semen saat ini meningkat hingga 15 perusahaan. Indonesia dibidik pelaku industri semen, karena populasi penduduknya besar. Kondisi tersebut membuat kebutuhan semen tinggi, untuk perumahan maupun pembangunan infrastruktur lainnya. Meski demikian pihaknya ingin supaya pemerintah mengeluarkan kebijakan pembatasan investor pabrik semen.

“Pemain – pemain asing ini terus menancapkan kukunya dan mempunyai strategi khusus, untuk mengincar peluang. Tentu kita harus kerja keras, jangan terjebak pada zona nyaman, lantaran share market menjadi yang tertinggi. Tapi mohon pemerintah juga bisa membatasi, “ imbuhnya.

Dalam kesempatan tersebut, Gatot turut menyampaikan terima kasih atas dukungan semua pihak, termasuk dari awak media, sehingga Semen Indonesia Group masih eksis bertahan. (Musyafa Musa).

News Reporter

Tinggalkan Balasan