Tak Kuat Membayar, Anak Kembar Berprestasi Gagal Masuk Undip
Sukari, warga Dusun Grabag Desa Sridadi bersama putri kembarnya yang batal masuk Undip, karena kendala biaya. Keduanya hanya bisa menangis.
Sukari, warga Dusun Grabag Desa Sridadi bersama putri kembarnya yang batal masuk Undip, karena kendala biaya. Keduanya hanya bisa menangis.

Rembang – Dua orang remaja wanita yang merupakan anak kembar warga Dusun Grabag Desa Sridadi, Kecamatan Rembang Kota batal masuk Universitas Diponegoro (Undip) Semarang yang membuka program studi di luar kampus utama (PSDKU) di Rembang, karena terpaksa mengundurkan diri.

Alasannya, tidak kuat membayar uang kuliah tunggal (UKT) dan Sumbangan Pengembangan Institusi (SPI), yang totalnya mencapai Rp 10 Juta per anak. Maka ketika pasangan anak kembar ingin sama – sama kuliah, orang tua harus menyiapkan dana Rp 20 Juta. Keduanya yakni Risma Nur Inayatul Azkiyak (18 tahun) dan adik kembarnya, Riska Nurfadhilatul Asyifak. Risma dan Riska baru lulus SMA N III Rembang tahun ini. Saat masih menempuh pendidikan SMA, anak kembar tersebut dikenal sebagai pelajar berprestasi dan langganan juara kelas. Bahkan sempat pula menyabet ranking I paralel.

Risma Nur Inayatul Azkiyak mengaku tertarik mendaftar kuliah PSDKU Undip di Rembang, karena alasan dekat dengan rumah, sehingga bisa menghemat pengeluaran. Selain itu, masih memungkinkan untuk bekerja sambil kuliah.

Namun setelah menerima informasi harus membayar uang kuliah tunggal Rp 5 Juta dan sumbangan pengembangan institusi Rp 5 Juta setiap anak, ia menangis, karena merasa keluarganya tidak akan sanggup membayar. Apalagi uang sebesar itu tidak boleh diangsur dan hanya ada waktu pembayaran antara 2 – 3 hari.

“Saya pikir bayarnya nggak semahal itu, jadi setelah tahu nominalnya ya bingung. Lebih kaget lagi nggak bisa ngangsur. Sementara angan – angan kuliah saya pendam dulu, kasihan bapak. Untuk mengisi waktu, saya ngisi les untuk anak – anak TK dan SD, “ ungkapnya.

Senin pagi (03 September 2018) saat Reporter R2B datang ke rumah anak kembar di Dusun Grabag Desa Sridadi, Risma dan Riska tampak dinasehati ayahnya, Sukari yang selama ini berprofesi sebagai perawat jenazah. Sedangkan sang ibu, sudah lama meninggal dunia. Sambil duduk di kursi ruang tamu, Risma maupun Riska berulang kali mengusap air matanya.

Sukari menceritakan kedua putrinya tersebut memiliki prestasi membanggakan ketika duduk di bangku SMA. Hal itu yang mendorong dirinya ingin menguliahkan Risma dan Riska. Setelah mendaftar, ikut tes tertulis dan dinyatakan diterima. Tapi begitu menerima informasi pembayaran awal Rp 10 Juta per anak, Sukari memutuskan Risma dan Riska mundur saja.

“Penginnya memberikan bekal sekolah setinggi mungkin, biar tidak seperti bapaknya. Karena anak kembar, ya saya kuliahkan bareng. Nggak mungkin kan mas hanya salah satu saja. Ternyata pintar bukan jaminan. Masalah biaya yang jadi kendala. Penghasilan nggak menentu, saya sendiri juga masih menumpang di rumah mertua, “ tutur Sukari.

Sukari menambahkan sempat mencari pinjaman kesana kemari. Namun ia sendiri orang tidak mampu, sehingga susah mendapatkan uang Rp 20 Juta dalam waktu 2 atau 3 hari. Dirinya sebatas berdo’a tahun depan memperoleh rezeki, agar bisa menguliahkan putri kembarnya tersebut.

“Mana ada yang percaya sama saya mas. Apalagi jumlah uangnya besar. Hutang ke tetangga, mereka juga sama – sama kesulitan. Mau jual barang, lha barang apa bisa dapat Rp 20 Juta. Kecuali bisa diangsur, mungkin agak meringankan, “ imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Bagian Humas Pemkab Rembang, Kukuh Purwasana menegaskan besaran uang kuliah yang dibayarkan, merupakan kewenangan penuh Universitas Diponegoro Semarang.

Pemerintah Kabupaten Rembang sebatas memfasilitasi dalam bentuk subsidi uang pendaftaran Rp 200 ribu bagi 60 orang pendaftar pertama dan pemberian beasiswa bagi mahasiswa tidak mampu yang diterima. Pendaftaran sendiri sudah selesai, kebetulan hari Senin (03/09) seluruh calon mahasiswa PSDKU Undip dikumpulkan di Semarang.

“Kalau uang sumbangan memungkinkan ditawar atau tidak, saya nggak bisa komentar mas, karena hal itu ranahnya Undip. Soal beasiswa bagi mahasiswa yang tidak mampu, harus diterima kuliah dulu, baru bisa mengajukan, “ terang Kukuh.

Sebelumnya, sejumlah kalangan mendesak Pemkab Rembang maupun Undip mau memberikan keringanan biaya bagi calon mahasiswa dari Kabupaten Rembang. Mengingat Pemkab berencana menghibahkan tanah aset daerah seluas 15 hektar di dekat GOR Mbesi untuk kampus Undip, serta menggelontorkan dana hibah dalam rangka percepatan pembangunan kampus. (Musyafa Musa).

News Reporter

Tinggalkan Balasan