

Sumber – Semakin parahnya dampak kekeringan di kabupaten Rembang, membuat embung menjadi obyek vital yang terus dipantau. Apalagi sering kali muncul dua kepentingan berbeda, antara air untuk masyarakat pelanggan PDAM (perusahaan daerah Air Minum) dan air disedot para petani untuk mengairi tanaman.
Senin siang (27 Agustus 2018) misalnya, anggota Bintara Pembina Desa (Babinsa) Desa Grawan Kecamatan Sumber, Serma Bambang Novianto mengecek kondisi Embung Grawan di sebelah selatan kampung.
Serma Bambang Novianto menjelaskan perlu memantau kondisi terbaru cadangan air, sekaligus untuk laporan kepada pimpinan. Menurutnya, saat ini debet air embung semakin menyusut. Kalau tidak turun hujan deras, diperkirakan 1 bulan lagi air sudah habis.
“Kita pantau pertanian, dampak kekeringan seperti apa, untuk data kami sendiri. Masalah air, belum begitu ada gejolak sich. Tapi ini air kan sudah berkurang ya, seandainya ada pertanyaan dari pimpinan, kami bisa menjawab, “ kata Bambang.
Sementara itu, penjaga Embung Grawan, Zaenurrohman mengungkapkan setiap hari, rata – rata penurunan air embung mencapai 2 centi meter. Ia membenarkan masih adanya penyedotan air embung dari sejumlah petani dengan menggunakan mesin pompa. Pihaknya sudah berulang kali memperingatkan, namun kurang efektif. Baginya serba dilema, karena selama ini penjaga embung berhadapan langsung dengan masyarakat sekitar.
“Kita tegur, selang pompa dicopot. Habis itu dipasang lagi dan begitu seterusnya. Kita nggak bisa keras – keras menindak, bingung juga yang jaga di sini. Soalnya di sisi lain, air embung kan juga dipakai untuk PDAM. Jadi sehari penurunan air kami cek sebanyak 3 kali, “ tuturnya.
Zaenurrohman menambahkan surutnya embung belakangan justru dimanfaatkan para pemancing ikan yang kian ramai berdatangan dari berbagai daerah, karena hasil pancingan meningkat. Tidak hanya warga Kabupaten Rembang, namun banyak pula dari Kabupaten Pati dan Blora. (MJ – 81).