Antrean Jirigen Bertambah Sesak, Nelayan Semakin Galau
Sejumlah pembeli solar mengangkat jirigen kosong di SPBN Tasikagung, Jum’at pagi. Stok solar di lokasi ini habis, padahal antrean sesak.
Sejumlah pembeli solar mengangkat jirigen kosong di SPBN Tasikagung, Jum’at pagi. Stok solar di lokasi ini habis, padahal antrean sesak.

Rembang – Ribuan nelayan di pesisir pantai utara Kabupaten Rembang berhenti melaut, karena kesulitan mendapatkan solar.

Kondisi stasiun pengisian bahan bakar nelayan (SPBN) di pelabuhan Tasikagung, Rembang tak seperti biasanya. Jirigen kosong milik nelayan berjajar mengitari pompa solar. Bahkan mobil bermuatan jirigen kosong terpaksa ditinggal di dekat area SPBN. Sedangkan stok solar di lokasi ini sudah habis.

Sejak seminggu terakhir, nelayan kecil yang memiliki kapal dibawah 30 gross ton (GT) kesulitan mendapatkan solar bersubsidi. Saat nelayan membeli ke stasiun pengisian bahan bakar umum ditolak, karena ada pengetatan kebijakan dari Pertamina tentang pengendalian solar. Pihak SPBU menyarankan nelayan membeli solar ke SPBN saja.

Tapi ketika nelayan tiba di SPBN, stok solar justru habis. Kondisi tersebut membuat bingung nelayan. Akibatnya nelayan berhenti melaut, sambil menunggu solar siap.

Sejumlah nelayan yang datang ke SPBN, terpaksa kembali pulang tanpa hasil. Suseno, seorang nelayan warga Desa Gegunung Wetan, Rembang mengaku serba susah. Ia berharap pemerintah memperlancar pasokan solar, karena jenis BBM ini sangat vital untuk menunjang pekerjaan sehari – hari.

“Sekarang pekerjaan susah, cari ikan ya makin susah. Lha diperparah dengan solar, mau beli saja kok sulit. Mbok yao pemerintah ini ikut merasakan susahnya jadi nelayan kecil, “ tuturnya.

Bambang Fitrianto, salah satu pegawai stasiun pengisian bahan bakar nelayan (SPBN) di Pelabuhan Tasikagung, mengatakan kiriman solar dari pertamina hanya 10 sampai 16 ribu liter per hari. Jumlah tersebut tidak sebanding dengan permintaan para nelayan. Apalagi saat ini kebetulan tangkapan ikan meningkat, sehingga banyak nelayan yang tertarik berangkat melaut.

“Dikirimnya memang setiap hari. Cuman sehari langsung habis solarnya. Jadi kalau datang hari ini kok solar habis, mereka antre, kadang 2 atau 3 hari baru dapat jatah. Intinya harus sabar menunggu, “ kata Bambang.

Sementara itu Komisi B DPRD Rembang sudah berkoordinasi dengan Pertamina di Semarang, meminta tambahan jatah solar bersubsidi untuk 5 unit SPBN di Kabupaten Rembang.

Anggota Komisi B DPRD, Joko Supriyadi mengungkapkan usulan tersebut disetujui Pertamina, dengan catatan penjualan harus benar – benar selektif bagi nelayan, dibuktikan surat rekomendasi dari Dinas Kelautan Dan Perikanan.

“Contohnya jatah solar di SPBN Tasikagung, dalam sebulan, kuota habis hanya untuk setengah bulan, lha terus setengah bulannya gimana. Alhamdulilah Pertamina mau memahami. Pertamina mempersilahkan diajukan tambahan solarnya berapa. Selama data akurat, insyaallah disetujui, “ ujar politisi PKS ini.

Joko menambahkan untuk BBM solar kapal di atas bobot 30 GT, tidak ada masalah. Pasalnya, solar yang digunakan bukan subsidi, melainkan solar non subsidi dan stoknya selama ini lancar. (MJ – 81).

News Reporter

Tinggalkan Balasan