Rembang – Hawa dingin yang melanda Kabupaten Rembang, belakangan ini rentan memicu berbagai gangguan penyakit.
Kondisi dingin ekstrim terutama pada malam hari kian terasa sekira 10 hari terakhir. Alif Billah, seorang warga di Kecamatan Sale mengaku tidak tahu menahu kenapa hawa dingin tak seperti hari biasanya.
Ia membandingkan saat kondisi normal, tiap kali tidur malam, selalu menggunakan kipas angin di dalam kamar. Namun sekarang sudah mengenakan jaket dan berselimut tebal, tetap saja merasa dingin menusuk tulang. Menurutnya tak sekedar dingin, tapi udara seperti membuat kurang enak badan.
“Jadi dinginnya itu bikin badan meriang. Sebenarnya kalau dingin ya biasa, cuman belakangan kok lebih berlipat-lipat gitu lho. Mau mandi saja males, “ ungkapnya.
Pada kondisi normal malam hari, di kota Rembang suhu udara berkisar antara 23 – 25 derajat celsius. Namun Selasa dini hari (07/08) sangat dingin, bahkan sempat mendekati angka 15 derajat celsius.
Fenomena semacam ini, menurut dr. Syamsul Arif harus diwaspadai, karena rawan mengakibatkan gangguan penyakit. Dokter asal Pamotan tersebut mencontohkan mulai dari gangguan biasa, seperti kulit kering, batuk pilek, kemudian reumatik umumnya dirasakan kaum lanjut usia, hingga terkadang memicu biduran pada kulit, bahkan mimisan terutama yang alergi hawa dingin.
“Untuk mengantisipasi, ada beberapa cara sederhana, seperti mengenakan masker dan jaket. Ditambah dengan memperbanyak minum air putih dan vitamin. Paling tidak bisa mengurangi ancaman gangguan, “ terangnya.
Hawa dingin yang melanda sejumlah daerah di Indonesia, menurut keterangan dari pihak Badan Meteorologi, Klimatologi Dan Geofisika (BMKG) terjadi bukan hanya karena efek musim kemarau. Selain itu juga dipicu musim dingin di Australia. Sifat massa udara dari Australia dingin dan kering. Pola tekanan udara cukup tinggi, kemudian mengarah ke wilayah Indonesia. (MJ – 81).