Moncerkan Batik Lasem, Ada Sosok Tangan Dingin Dibalik Tari Mbatik
Tari Mbatik dipentaskan di Alun – Alun Rembang, tepat tanggal 27 Juli.
Tari Mbatik dipentaskan di Alun – Alun Rembang, tepat tanggal 27 Juli.

Rembang – Pada event Hari Jadi Kabupaten Rembang ke 277 sempat dipentaskan Tari Mbatik secara kolosal, melibatkan 70 an orang penari di Alun – Alun Rembang. Tari tersebut tidak lepas dari tangan dingin Puji Purwati, seorang seniman tari yang juga Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Rembang. Lalu makna apa yang terkandung dalam tarian itu ?

Puji Purwati menceritakan semula melihat potensi Batik Tulis Lasem semakin dikenal masyarakat, bahkan sudah mendunia. Ia berpikir untuk menciptakan seni tari yang berkaitan dengan membatik, sehingga muncullah Tari Mbatik. Ia mengemas koreografi yang sederhana, agar mudah dipelajari, mengingat para penarinya adalah siswa Sekolah Dasar, rata – rata antara kelas III – V.

“Paling tidak ada karya seni yang mendukung batik, karena kami dari lingkungan seni ya ingin sekali menampilkan sebuah karya. Baru kali ini ditampilkan. Koreografi kita sesuaikan dengan para penarinya, “ kata Puji.

Puji menambahkan tarian ini merupakan kreasi baru , tetapi mengandalkan unsur klasik. Yang paling menonjol adalah gerakannya, seakan – akan mengisahkan aktivitas pembatik. Mulai berdo’a dulu sebelum bekerja, kemudian gerakan membatik, setelah menghasilkan karya, tampak perasaan senang dan bangga.

“Busana maupun musik pengiringnya klasik, meski ini kreasi baru. Sederhana kok gerakannya. Harapan saya akan mudah dipelajari, diingat dan anak – anak lain tertarik mengikuti, “ imbuh warga Perumahan Puri Mondoteko Rembang ini.

Setelah menghasilkan Tari Mbatik, Puji masih penasaran untuk menciptakan karya tari lain. Baginya harus selalu ada yang baru, karena seni taripun diarahkan untuk semakin mempromosikan potensi Kabupaten Rembang. (Diant – MJ).

News Reporter

Tinggalkan Balasan