Pemalang – PSIR Rembang gagal memanfaatkan kesempatan, ketika pertandingan pertama Piala Indonesia, melawan PSIP Pemalang di Stadion Sirandu, Pemalang, Kamis sore (12 Juli 2018).
Pemain PSIR sempat mencetak gol cepat pada menit ke 4, melalui Solikhul Iman. Setelah itu kubu tuan rumah meningkatkan ritme serangan, sehingga berhasil menyamakan kedudukan 1 – 1, lewat gol yang diceploskan Ibrahim pada menit ke 32. PSIR sebenarnya mempunyai peluang menambah gol, setelah mendapatkan hadiah tendangan penalti dari wasit. Sayangnya, sang algojo, Yoni Ustaf Bukhori gagal menghasilkan gol dari titik putih.
Kedudukan berakhir 1 – 1. Tidak ada perpanjangan waktu, namun langsung diadu penalti, guna menentukan tim mana yang berhak lolos ke babak berikutnya. PSIP Pemalang unggul 4 – 5, karena ada beberapa penendang penalti PSIR gagal. Lagi – lagi Yoni Ustaf Bukhori termasuk penendang yang harus kecewa, karena bola tidak bersarang ke jala lawan. Tendangan Heru Wibowo dan Rudi Santoso juga bernasib sama.
Sekretaris PSIR Rembang, Budi Suharto mengakui faktor lapangan yang jelek, turut berpengaruh terhadap penampilan tim. Selain keras, tekstur tanahnya tidak rata.
“Tadi pemain mengeluh, kerikilnya banyak. Tanahnya nggak rata, jadi alur bola terhambat. Pemain agak sulit mengembangkan permainan, “ ungkap Budi.
Budi menambahkan Piala Indonesia sebenarnya tetap menjadi target, disamping Liga 2 PSSI. Apalagi jika lolos ke babak berikutnya, nominal fee pertandingan yang diperoleh akan bertambah besar. Piala Indonesia menggunakan sistem gugur. Begitu kalah, maka PSIR harus mengucapkan selamat tinggal kepada Piala Indonesia.
“Kalau penginnya sich menang terus, tapi mau gimana lagi. Pertandingan pertama, kita kalah lewat adu penalti. PSIP Pemalang yang berada di Liga 3 memberikan perlawanan sengit juga, “ imbuhnya.
Seusai dari Pemalang, para pemain PSIR Rembang langsung melanjutkan perjalanan ke Karawang, Jawa Barat, guna menghadapi tim Persika Karawang, hari Minggu, 15 Juli 2018, dalam lanjutan Liga 2. Mereka menggunakan moda transportasi kereta api, untuk tiba di daerah yang terkenal dengan Goyang Karawangnya tersebut. (MJ – 81).