Sarang – Kiai Maimoen Zubair mengisahkan bagaimana awal mula Pondok Pesantren Al-Anwar di Desa Karangmangu, Kecamatan Sarang berdiri.
Pada awalnya aktivitas pondok pesantren berlangsung di sebuah mushola, depan kediaman KH. Maimoen Zubair. Dulu bernama Pondok Haji Maimoen (Pohama). Kiai Maimoen Zubair waktu itu sudah sibuk mengajar para santri.
Kemudian tahun 1969 nama Pondok Pesantren berubah menjadi Al-Anwar. Anwar diambil dari nama ayahanda Kiai Maimoen Zubair, KH. Zubair Dahlan. Setelah berhaji mempunyai nama KH. Anwar Dahlan. Sedangkan nama Anwar tidak dipakai, kemudian diabadikan untuk nama pondok pesantren.
Sejak sang ayah wafat, praktis KH. Maimoen Zubair tak bisa kemana – mana, karena harus fokus mengurus pondok pesantren. Seiring dengan berjalannya waktu, pondok pesantren tersebut semakin berkembang dan mempunyai ribuan santri. Pada hari ke 17 bulan suci Ramadhan, santri diliburkan. Meski demikian masih ada yang bertahan di pondok, sekira 250 an orang.
“Pondok Al-Anwar ini dulunya merupakan pecahan dari pondok pesantren yang ada di Sarang. Sebelum pondok pesantren ada, saya sudah mengajar dan akhirnya berdiri kira – kira tahun 1969, bertahan sampai sekarang, “ jelasnya.
Kiai Maimoen Zubair menambahkan ada 9 ribuan santri yang berada dalam naungan Al-Anwar. Setelah berdiri Pondok Pesantren Al-Anwar I, kemudian Al-Anwar II, pihaknya berencana mengembangkan menjadi Pondok Pesantren Al-Anwar III.
Ia menyadari usianya sudah 90 tahun, sehingga sempat menyerahkan kepada puteranya, untuk menangani Pondok Pesantren Al-Anwar III. Pola pendidikan yang digagas nantinya terintegrasi dengan Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, meski lembaga pendidikan dari Al-Anwar sebelumnya mayoritas menginduk pada Kementerian Agama.
“Pendidikan dasar, menengah, atas dan tinggi sudah ada di sini. Saya kebetulan lahir tahun 1928, sekarang sudah usia 90 tahun. Lazimnya adat orang dulu, seorang pengasuh pondok pesantren diperingati hari kematiannya atau haul. Kalau diperingati hari kelahiran, maka tidak bisa peringati hari kematian, “ ujar Mbah Moen, sapaan akrab kiai.
Sistem pendidikan di Pondok Pesantren Al-Anwar, santri umumnya diwajibkan mengikuti pendidikan Madrasah Ghozaliyyah Syafi’iyyah, Muhadhoroh (latihan pidato), pengajian kitab, dan Mudzakaroh (pembahasan masalah ibadah dan aqidah). Selain itu, ada pula Bahtsul Masail guna membahas masalah – masalah kekinian. (MJ – 81).