Bulu – Ada 2 orang yang selama ini menjadi juru kunci makam RA. Kartini di Desa Bulu Kecamatan Bulu. Yang pertama M. Syahid (68 tahun), ia sudah melakoni profesi tersebut selama 38 tahun. Dikala Syahid mulai sakit – sakitan, kini wakilnya, Wartono (39 tahun) lebih banyak berperan melayani para tamu, sekaligus menjawab semua pertanyaan dari peziarah yang ingin mengetahui riwayat sejarah RA. Kartini.
Meski demikian Syahid tetap berada di area makam, dengan duduk di dekat pintu utama makam. Sedangkan Wartono hilir mudik mendampingi peziarah. Termasuk rutin menyapu lantai, begitu makam mulai sepi.
Wartono mengaku menjadi partner M. Syahid selama 16 tahun terakhir. Ia kebetulan tetangga sekampung di Desa Bulu, sehingga komunikasi terjalin cukup baik.
Wartono belajar banyak dari Syahid. Mulai sejarah kelahiran RA. Kartini, kemudian menikah dengan Bupati Rembang, aktivitas RA. Kartini mengajar, melahirkan anak satu – satunya RM. Soesalit, hingga RA. Kartini wafat.
Menurutnya ketika bulan April, lonjakan pengunjung di makam RA. Kartini sangat padat. Mereka memiliki beragam karakter yang menuntutnya harus sabar melayani.
“Mbah Syahid tidak ada hubungan kekeluargaan dengan saya, tapi beliau banyak berjasa mentransfer ilmunya tentang sejarah RA. Kartini kepada saya. Selama aprilan ini, memang saya harus wira – wiri, sifat pengunjung macam – macam. Jadi ya harus sabar, ” tuturnya.
Wartono menambahkan kompleks makam RA. Kartini dikelola oleh pihak keluarga. Pria yang sudah berstatus sebagai pegawai negeri di Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana ini mengisahkan keluarga Kartini lah yang menentukan, siapa personel yang menjaga makam RA. Kartini.
Ia merasa bangga mendapatkan kepercayaan untuk ikut merawat makam RA. Kartini. Baginya ada kepuasan tersendiri dan tidak bisa diukur dengan materi. Prinsip Wartono, ketika niat pengabdiannya baik, Tuhan yang akan membalas dengan kebaikan.
“Yang berhak memasukkan atau mengeluarkan si A, si B semua dari pihak keluarga. Saya berterima kasih dipercaya keluarga RA. Kartini. Pokoknya kerja di sini dinikmati saja, niat baik insyaallah mendapatkan balasan baik. Prinsip itu yang selalu kami pegang,” imbuhnya.
Seorang peziarah makam RA. Kartini dari Pati, Zeta Aprilia merasa terbantu dengan adanya penjelasan – penjelasan yang disampaikan Wartono.
Semula hanya beberapa hal diketahui tentang Kartini, tapi setelah Wartono menceritakan silsilah dan sejarah RA. Kartini, Zeta menjadi lebih memahami perjuangan wanita tangguh tersebut.
“Pak Wartono dengan telaten menjelaskan, meski pengunjung kanan kiri bertanya. Bahkan terkadang mesti mengulang – ulang jawaban. Kalau saya mungkin nggak sabar kali ya, ” ujarnya sambil terkekeh. (MJ – 81).