Rembang – Derasnya hujan sejak Selasa malam hingga Rabu dini hari (04/04/2018) mengakibatkan banjir menerjang sejumlah desa di Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang. Banjir nyaris melumpuhkan aktivitas masyarakat.
Banjir terjadi di 4 desa yakni Desa Kuangsan, Pengkol, Karangsekar dan Babadan. Selain hujan lokal, banjir turut dipicu kiriman air dari Embung Sudo Sulang, yang berada di bagian hulu sungai. Pintu air embung dibuka, sehingga airnya menggelontor ke desa – desa tersebut.
Di 4 desa itu, banjir merendam ratusan rumah penduduk dan pos kesehatan desa, dengan ketinggian air rata – rata 0,5 meter. Jalan tengah kampung berubah seperti sungai. Abdul Salam, seorang warga Desa Kuangsan Kecamatan Kaliori menganggap banjir kali ini merupakan yang terparah, dibandingkan tahun – tahun sebelumnya.
“Yang paling besar kan kiriman dari Embung Sudo, penjaga embung di sana sudah ngasih tahu, biar warga waspada. Rumah di sini pondasinya dibikin tinggi – tinggi mas. Kalau yang pondasinya belum dirombak ya air tetap masuk rumah, “ jelasnya.
Abdul Salam menambahkan dampak banjir lainnya, menggenangi lahan persawahan dan pemakaman umum di Desa Kuangsan. Meski cukup parah, namun warga tetap bertahan di rumahnya masing – masing, sambil menunggu banjir surut.
Tidak hanya itu saja, banjir juga menggenangi jalan antar kampung. Pengguna jalan harus ekstra hati – hati ketika melintas. Kuatnya arus, terkadang membuat sepeda motor ikut terseret. Maskur, pengguna jalan warga Desa Banggi Petak Kecamatan Kaliori mengungkapkan banyak anak memilih membolos sekolah, karena takut melewati genangan banjir. Warga pun sebagian tidak bekerja. Mereka siaga di rumah, lantaran khawatir ada banjir susulan.
“Bagi siswa yang tetap berangkat, mereka tadi bingung mencari jalur alternatif, sehingga terlambat tiba di sekolah. Pokoknya mengganggu sekali, cuman mau gimana lagi, faktor alam, siapa yang bisa mencegah, “ tutur Maskur.
Camat Kaliori, Mustolih berharap komunikasi antara penjaga pintu air Embung Sudo dengan desa – desa yang rawan banjir perlu diintensifkan. Apabila kondisi embung rawan, lekas dikabarkan. Tujuannya, begitu banjir datang, jangan sampai menimbulkan korban jiwa.
“Kalau sudah ada informasi dari aparat desa, setidaknya masyarakat tidak berada di dekat bantaran sungai, “ pungkasnya. (MJ – 81).